Bisnis.com, JAKARTA - Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) menilai pascapenghentian siaran analog (analog switch off/ASO) ke digital, industri penyiaran berupaya mencari equilibrium atau keseimbangan baru.
Perubahan sistem siaran memberi dampak cukup signifikan termasuk dalam meraup pendapatan dari iklan.
Ketua Bidang Digi Broadcast, Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Neil R Tobing mengatakan pada saat ASO, industri penyiaran tengah mengalami penurunan pendapatan dari belanja iklan/adex tv menjadi hanya 30 persen pascapandemi Covid-19.
Dia memperkirakan kondisi ini akan terus terjadi dalam 5 tahun ke depan. Alhasil, perusahaan penyiaran pun berupaya melakukan transformasi dan mendorong inovasi agar dapat menemukan sebuah equilibrium baru bagi bisnis penyiaran.
“Equilibrium baru ini juga akan dipengaruhi oleh konektivitas internet yang makin baik (77%) dan penggelaran infrastruktur 5G yang membuat komunikasi data termasuk audio video makin baik,” kata Neil kepada Bisnis, Selasa (25/7/2023).
Neil mengatakan jika merujuk pada apa yang terjadi di Thailand, saat ASO jumlah pemain meningkat hampir 5 kali lipat dan 3 tahun setelahnya terjadi konsolidasi dan jumlah pemain menjadi tinggal 22, yang menandakan munculkan keseimbangan baru.
Selain itu, saat ASO diperkenalkan, lembaga penyiaran swasta di Thailand juga sudah mulai memperkenalkan mobile TV. Kondisi ini juga sudah mulai diterapkan di Indonesia.
Neil pun memperkirakan bahwa peralihan siaran analog ke digital tidak akan membuat bisnis industri penyiaran di dalam negeri berheti. Penyiaran masis akan tetap eksis.
“Penyiaran akan terus hidup tetapi harus belajar secara organisasi dan operasional karena kompetisi bukan hanya dengan tv tetapi dengan layanan over the top (OTT) dan pembuat konten, Ekspnsi ke bisnis digital sebagai perpanjangan bisnis tv (360 degree approach) sekaligus untuk meningkatkan engagement dengan pemirsa. Keduanya harus berjalan beriringan,” kata Neil.
Neil juga mengatakan perlu adanya regulasi yang berpihak kepada industri penyiaran, yang telah berinvestasi triliunan rupiah sejak 30 tahun yang lalu dan membayar pajak.
“Sehingga tercipta equal level of playing field dengan OTT,” kata Neil.