Bisnis.com, JAKARTA - Penelitian mengungkapkan sebuah supernova yang meledak di dekat matahari yang baru terbentuk dapat menghancurkan tata surya bumi. Untungnya, bumi memiliki perisai gas molekuler untuk melindunginya.
Temuan ini berdasarkan hasil penelitian para ilmuwan yang mempelajari isotop unsur-unsur yang ditemukan di meteorit.
Batuan luar angkasa ini adalah potongan-potongan asteroid, yang terbentuk dari material yang ada di sekitar matahari dan kemudian planet-planet tata surya terbentuk. Dengan demikian, meteorit adalah sejenis fosil, yang memungkinkan para ilmuwan merekonstruksi evolusi tata surya.
Dilansir dari Livescience, tim peneliti menemukan berbagai konsentrasi isotop radioaktif aluminium dalam sampel meteorit. Informasi ini mengungkapkan bahwa, sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu, jumlah tambahan aluminium radioaktif memasuki halaman belakang planet kita. Penjelasan terbaik untuk injeksi bahan radioaktif semacam itu adalah ledakan supernova di dekatnya, kata anggota tim studi.
Oleh karena itu, tata surya bayi kita mungkin selamat dari gelombang ledakan supernova, menurut para peneliti, yang dipimpin oleh astrofisikawan Observatorium Astronomi Nasional Jepang Doris Arzoumanian.
Kepompong kelahiran tata surya kemungkinan bertindak sebagai penyangga gelombang kejut ini, tambah mereka.
Ledakan supernova terjadi ketika bintang masif yang sekarat kehabisan bahan bakar untuk fusi nuklir, dan intinya tidak dapat lagi menopang dirinya sendiri melawan keruntuhan gravitasi.
Saat inti runtuh, supernova dipicu yang menyebarkan elemen berat yang telah ditempa bintang sepanjang hidupnya ke luar angkasa.
Bahan ini menjadi bahan penyusun bintang generasi berikutnya tetapi gelombang ledakan yang membawanya keluar bisa cukup kuat untuk mengoyak sistem planet yang baru lahir yang kebetulan berada di dekatnya.
Bintang lahir di awan gas molekuler raksasa yang terdiri dari sulur atau filamen padat. Badan bintang yang lebih kecil, seperti matahari, terbentuk di sepanjang filamen ini, sedangkan bintang yang lebih besar, seperti yang akan meledak dalam supernova ini, cenderung terbentuk di titik di mana filamen ini saling bersilangan.
Mempertimbangkan hal ini, Arzoumanian dan tim memperkirakan bahwa dibutuhkan sekitar 300.000 tahun bagi gelombang kejut supernova untuk memecah filamen padat yang melindungi bayi tata surya.
Meteorit yang kaya isotop radioaktif pecah dari benda yang lebih besar seperti asteroid yang lahir di 100.000 pertama tata surya, saat masih dalam filamen padat ini. Kepompong akan bertindak untuk melindungi tata surya pembentuk dari radiasi keras yang dipancarkan dari bintang panas dan masif yang disebut bintang OB, sesuatu yang dapat berdampak negatif terhadap pembentukan planet seperti Bumi.
Hasil baru menunjukkan bahwa, selain bertindak seperti perisai, filamen dapat menangkap dan menyalurkan isotop radioaktif, membawanya ke wilayah sekitar bayi matahari.
Para peneliti percaya bahwa temuan mereka sangat penting dalam memahami pembentukan dan evolusi bintang dan sistem planetnya.