OpenAI Diduga Melanggar UU Perlindungan Konsumen dan Data Pribadi di AS

Lydia Tesaloni Mangunsong
Jumat, 14 Juli 2023 | 13:27 WIB
Warga menunjukan aplikasi ChatGPT di Jakarta, Jumat (10/2/2023). Bisnis/Abdurachman
Warga menunjukan aplikasi ChatGPT di Jakarta, Jumat (10/2/2023). Bisnis/Abdurachman
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Komisi Perdagangan Federal (FTC) Amerika Serikat melakukan investigasi terbuka terhadap OpenAI atas dugaan pelanggaran undang-undang perlindungan konsumen dengan membahayakan reputasi individu dan data pribadi.

Melansir dari The Washington Post, Jumat (14/7/2023), FTC telah mengirimkan dokumen 20 halaman berisikan tuntutan terhadap perusahaan pembuat chatbot terkenal ChatGPT itu. Tuntutan ini menjadi regulasi terkuat yang diterima OpenAI. 

Melalui dokumen tersebut, FTC meminta OpenAI untuk memberikan penjelasan terperinci tentang semua keluhan terkait produknya yang dikatakan membuat pernyataan palsu, menyesatkan, meremehkan, atau berbahaya tentang individu.

FTC ingin melihat apakah perusahaan terlibat dalam praktik penyelewengan yang merugikan reputasi konsumen.

FTC juga meminta OpenAI untuk memberikan catatan terkait insiden keamanan yang diungkapkan perusahaan pada bulan Maret lalu, ketika bug dalam sistem memungkinkan beberapa pengguna melihat informasi terkait pembayaran, serta beberapa data dari riwayat obrolan pengguna lain. 

FTC sedang menyelidiki apakah praktik keamanan data perusahaan melanggar undang-undang perlindungan konsumen. Agensi independen AS ini memperingatkan bahwa undang-undang perlindungan konsumen yang ada saat ini berlaku untuk AI, selagi peraturan baru masih direncanakan. 

Ketua FTC Lina Khan mengeklaim investigasi ini merupakan bagian dari wewenangnya sebagaimana tuntutan Agensi bukan terkait dugaan fitnah dan pencemaran nama baik yang biasanya dituntut berdasarkan undang-undang negara bagian tentang penghinaan terhadap orang, melainkan penyalahgunaan informasi pribadi individu dalam pelatihan AI dapat menjadi bentuk penipuan atau kecurangan berdasarkan Undang-Undang FTC.

“Kami fokus pada, ‘apakah ada kerugian substansial bagi individu?’ Kerugian bisa berupa apa saja,” ungkap Khan.

Sebelumnya, diketahui seorang pembawa acara radio di Georgia bernama Mark Walters menggugat OpenAI karena pencemaran nama baik. Gugatan tersebut menuduh ChatGPT membuat informasi salah terkait Walters.

Pembawa acara Armed American Radio dituliskan menipu dan menggelapkan dana dari Second Amendment Foundation. 

ChatGPT juga pernah salah mengatakan bahwa seorang pengacara telah membuat komentar yang menjurus ke arah seksual dan berusaha menyentuh seorang siswa dalam study tour ke Alaska.

Namun tidak ada sumber yang pernah memberikan informasi itu, study tour tidak pernah terjadi dan pengacara tersebut mengatakan dia tidak pernah dituduh melecehkan seorang siswa.

Atas sejumlah misinformasi yang dikeluarkan AI untuk menjawab pertanyaan itu, FTC meminta OpenAI menjelaskan bagaimana perusahaan mengatasi kecenderungan produknya untuk mengarang jawaban ketika tidak mengetahui jawaban atas sebuah pertanyaan.

Melalui cuitannya di akun pribadinya, CEO OpenAI Sam Altman mengatakan bahwa versi terbaru dari teknologi perusahaan, GPT-4, dibangun berdasarkan penelitian keselamatan selama bertahun-tahun dan sistemnya dirancang untuk belajar tentang dunia, bukan individu pribadi. Namun, ia mengaku perusahaannya akan bekerja sama dengan tuntutan FTC.

“Sangat disayangkan melihat permintaan FTC dimulai dengan kebocoran dan tidak membantu membangun kepercayaan,” tulis Altman dalam tweet.

“Sangat penting bagi kami untuk memastikan teknologi kami aman dan pro-konsumen, dan kami yakin kami mematuhi hukum.”

Sebelumnya, FTC banyak memperingati AI terkait ancaman yang mungkin timbul. Direktur Biro Perlindungan Konsumen FTC Samuel Levine, dalam pidatonya di Harvard Law School pada bulan April lalu mengatakan bahwa agensi siap untuk "gesit" dalam mengatasi ancaman yang muncul.

“FTC menyambut baik inovasi, tetapi menjadi inovatif bukanlah lisensi untuk gegabah,” ungkap Levine.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper