Tokopedia (GOTO) Klaim Porsi Pengguna Wanita dan Pria Seimbang

Crysania Suhartanto
Rabu, 12 Juli 2023 | 20:33 WIB
Pekerja melakukan perawatan videotron yang menampilkan iklan Tokopedia di Jakarta, Selasa (11/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pekerja melakukan perawatan videotron yang menampilkan iklan Tokopedia di Jakarta, Selasa (11/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Tokopedia, platform dagang-el yang tergabung di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO), menyampaikan bahwa jumlah porsi pengguna wanita dan pria di platform seimbang. Tokopedia tidak unggul pada salah satu gender, maupun gender lainnya.  

Head of Corporate Affairs Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya mengatakan saat ini porsi pengguna di Tokopedia masih cukup berimbang.

Jika melihat kategori terpopuler di Tokopedia, lanjutnya, data pembelian antara barang yang memiliki konotasi milik perempuan dan laki-laki masih cukup sama. Sayangnya, Ekhel belum dapat menyampaikan porsi pengguna wanita dan pria di perusahaan. 

“Kategori yang populer dari semester pertama, kategorinya cukup berimbang, dari fesyen, minuman, dan elektronik,” ujar Ekhel, Rabu (12/7/2023). 

Sebelumnya, pada 2022, Statista dalam risetnya mengungkapkan bahwa jumlah pengguna laki-laki di Tokopedia mencapai 58 persen dan sisanya merupakan perempuan. 

Hal yang sama juga ditemukan pada Blibli dengan persentase pengguna laki-laki sebesar 53 persen, Bukalapak sebesar 70 persen, dan Lazada yang sebesar 55 persen.

Adapun e-commerce saingannya, Shopee justru dilaporkan sebaliknya, yakni dengan 56 persen pengguna perempuan dan sisanya merupakan laki-laki. 

Dengan pernyataan Ekhel tersebut seakan menegaskan bahwa stigma Tokopedia sebagai platform yang dominan wanita terbantahkan. 

Sementara itu Tim Riset Institute Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyatakan bahwa sebenarnya tolok ukur dari sebuah e-commerce bukanlah gender, melainkan pendapatan dan umur.

Pembeli dengan pendapatan tertentu akan berpengaruh pada jenis barang yang dibeli atau pun keperluan leisure mereka.

“Lebih pas jika menggunakan data pendapatan kelas menengah ataupun generasi Z,” ujar Huda.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper