APJII Ungkap Alasan Masyarakat Tertarik dan Enggan Berlangganan FMC

Leo Dwi Jatmiko
Jumat, 30 Juni 2023 | 08:58 WIB
Ilustrasi konentivitas internet/unsplash
Ilustrasi konentivitas internet/unsplash
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA- Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan terdapat sejumlah pertimbangan masyarakat dalam berlangganan internet bergerak dan internet tetap dalam satu penyedia.

Secara umum, kehadiran fixed mobile convergence (FMC) memudahkan para pengguna internet dalam membayar tagihan data. 

Ketua Umum APJII Muhammad Arif mengatakan kenyamanan dalam manajemen dan pembayaran layanan, menjadi salah satu pertimbangan masyarakat tertarik untuk menggunakan produk FMC.

Masyarakat tidak perlu lagi membayar tagihan secara terpisah antara fixed broadband atau internet rumah dengan seluler atau internet bergerak yang digunakan di ponsel.

“Faktor lain yang membuat orang tertarik adalah penawaran bundling atau diskon yang menarik dari provider, serta kepercayaan dan kualitas layanan yang ditawarkan oleh provider tersebut,” kata Arif kepada Bisnis, Jumat (30/6/2023). 

Data APJII mengungkapkan pada 2023, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 2015 juta. Dari jumlah tersebut Sebanyak 47,47 persen mengaku menggunakan internet milik provider dengan alasan sinyal kuat, dan 26,82 persen memilih provider karena harga paket dan promo yang menarik.  

Alasan tersebut berlaku untuk penggunaan provider internet rumah dan juga internet bergerak (seluler). 

Selain itu, kata Arif, alasan lain orang tertarik untuk menggunakan produk internet rumah dan internet kabel menjadi dalam satu provider didorong oleh kemudahan dalam penyelesaian masalah teknis yang mungkin muncul. 

“Karena pengguna internet mungkin hanya perlu berinteraksi dengan satu pihak saja,” kata Arif. 

Sementara itu untuk alasan masyarakat Indonesia kurang tertarik menggunakan FMC, menurut Arif, kemungkinan karena pertimbangan kualitas layanan yang tidak konsisten di antara layanan tetap dan bergerak. 

“Selain itu juga karena keinginan untuk memiliki fleksibilitas dalam memilih provider untuk setiap layanan, dan persepsi bahwa mereka tidak mendapatkan nilai yang cukup dari paket bundling yang ditawarkan oleh provider,” kata Arif. 

Tren di Eropa

Pada waktu yang berbeda, Mobile Expert, lembaga riset global yang fokus pada pasar seluler, sempat mengeluarkan laporan yang menyebut bahwa penetrasi produk konvergensi di Eropa meningkat secara bertahap pada 2022. 

Berdasarkan studi Mobile Expert terhadap enam operator jaringan terbesar dengan operasi tetap dan seluler di berbagai pasar Eropa, basis pelanggan FMC (Fixed-Mobile Convergence) merangkak naik di Eropa, menjadi sekitar 37% dari rumah tangga broadband ritel.  

Pada 2019 penetrasi FMC masih berada di kisaran 35% dan diproyeksikan akan mencapai 41% pada 2025. Laporan tersebut juga menyatakan meskipun manfaat FMC sudah jelas, FMC hanya menguntungkan di beberapa ceruk pasar. 

Pada pasar yang sensitif terhadap harga, persaingan dan konsumen yang mencari nilai, beberapa operator justru menarik kembali produk konvergensinya. 

Arif berpendapat tidak jauh dengan di pasar Eropa, masyarakat di Indonesia juga memiliki perhatian terhadap harga layanan internet di berbagai produk, termasuk produk konvergensi. 

“Affordability menjadi salah satu faktor bagi masyarakat dalam berlangganan internet, khususnya di daerah terdepan, terluar, tertinggal (3T),” kata Arif.  

Lebih lanjut, kata Arif, untuk daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, sudah terjadi persaingan harga antar penyedia layanan dan internet dipandang sebagai komoditas. 

Dia berpendapat produk konvergensi dapat menjadi salah satu cara mempercepat peningkatan penetrasi pengguna internet di Indonesia, khususnya di era 5G atau generasi selanjutnya. 

“Namun untuk penggelaran FMC yang masif pastinya akan lebih dahulu menunggu peningkatan market di luar perkotaan,” kata Arif. 

Survei Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan mayoritas masyarakat Indonesia (60,84 persen) mengaku berlangganan internet tetap dengan tarif dikisaran Rp100.000 - Rp300.000. 

Sementara itu responden yang berlangganan internet tetap dikisaran Rp300.000-Rp500.000 sebanyak 33,15 persen. Hanya 1,15% dari penduduk Indonesia yang berlangganan internet dengan tarif di atas Rp500.000. 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper