Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah masifnya penggelaran base transceiver station (BTS) di Timur Indonesia oleh operator seluler, penetrasi internet di Papua justru menurun pada 2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Diduga karena aksi sabotase.
“Salah satu faktor yang signifikan bisa jadi adalah maraknya sabotase BTS dan ancaman terhadap warga sipil yang Anda sebutkan,” kata Ketua Umum Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) kepada Bisnis.com, Jumat (19/5/2023).
Arif mengatakan sabotase dan ancaman berdampak signifikan pada kualitas dan cakupan layanan internet di daerah Papua. Sebab jaringan memerlukan pemeliharaan secara berkala.
Dengan adanya ancaman dan sabotase, maka perawatan jaringan sulit dilakukan dan terlalu berisiko. Terlebih kondisi tingkat keamanan di wilayah tersebut saat ini sangat berbahaya.
Selain itu, lanjutnya, tantangan geografis dan infrastruktur di Papua juga berkontribusi terhadap penurunan ini. Belum lagi masalah lain seperti keterbatasan listrik dan akses jaringan listrik di beberapa daerah yang juga berisiko mempengaruhi penurunan penetrasi internet.
Dalam laporan Survei Internet Indonesia yang baru saja rilis oleh APJII disebutkan bahwa Pulau Papua menjadi pulau dengan penetrasi internet terendah di Indonesia menurut Survei Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) 2023. Penetrasi internet di pulau yang dijuluki sebagai Surga Kecil itu bahkan makin rendah, kendati Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) terus menggelar BTS baru.
Survei APJII menyebutkan penetrasi internet di Papua pada 2023 mencapai 63,15 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan penetrasi internet pada laporan APJII sebelumnya pada 2022 yang sebesar 68,03 persen.
Penetrasi internet di Papua juga lebih rendah jika dibandingkan dengan penetrasi internet di Maluku (73,45 persen), Nusa Tenggara (72,32 persen) dan Bali (80,88 persen), yang juga berada di wilayah Indonesia Tengah dan Timur.
Papua sendiri menjadi wilayah yang paling disorot Kemenkominfo dalam penggelaran BTS 4G. Kemenkominfo menargetkan dari 7.904 lokasi yang akan dibangun BTS 4G pada 2021-2022, sebanyak 5.204 lokasi atau sekitar 65 persen berada di Papua. Pembangunan dilakukan dalam 2 fase dan melibatkan operator telekomunikasi.
Untuk Fase I, pembangunan menyasar 4.200 lokasi dengan target penyelesaian pada 2022. APBN yang disiapkan untuk membangun ribuan BTS tersebut sekitar Rp11 triliun. Sementara itu fase II sebanyak 3.704 lokasi, dengan target penyelesaian sesuai dengan ketersediaan fiskal.
Arif mengatakan pembangunan BTS 4G yang signifikan di Papua seharusnya mampu meningkatkan penetrasi internet. Namun, peningkatan jumlah BTS tidak secara otomatis berarti peningkatan penetrasi internet.
“Ada faktor lain yang perlu diperhatikan, seperti kualitas jaringan, ketersediaan listrik, keamanan dan pemeliharaan BTS, serta pelatihan dan pendidikan masyarakat tentang penggunaan internet,” kata Arif.
Arif berharap seiring dengan waktu, peningkatan infrastruktur dan perbaikan kondisi di lapangan akan memperbaiki situasi dan meningkatkan penetrasi internet di Papua.