Bisnis.com, JAKARTA - PT Komunal Finansial Indonesia (Komunal) menjadi salah satu bukti bahwa geliat pendanaan terhadap startup di Tanah Air masih berpeluang positif pada 2023, setelah sebelumnya sempat seret akibat fenomena tech-winter.
Sebagai informasi, tekfin kategori P2P lending sekaligus funding agent ini baru saja meraih putaran pendanaan terbaru senilai US$8,5 juta atau sekitar Rp132 miliar pada Januari 2023.
Pendanaan dipimpin oleh East Ventures (Growth fund), bersama AlphaTrio Sustainable Technology Fund, Skystar Capital, Sovereign’s Capital, Ozora, dan Gobi Partners.
CFO Komunal Kendrick Winoto mengakui bahwa pada era sekarang, setiap startup akan mendapati banyak tantangan untuk memperoleh pendanaan dari investor atau modal ventura.
Terlebih, saat ini tekanan terhadap kondisi perekonomian global masih sangat terasa, terlihat dari tren kenaikan suku bunga AS, perang Rusia-Ukraina, perlambatan pertumbuhan ekonomi di China, ditambah dengan kasus-kasus dengan dampak global, seperti jatuhnya Silicon Valley Bank (SVB).
“Tantangan utamanya juga menemukan kesesuaian antara visi dari perusahaan dengan investor,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis.com, dikutip Rabu (22/3/2023).
Tidak hanya itu, lanjutnya, investor juga harus percaya terlebih dahulu bahwa strategi yang diambil perusahaan juga sudah tepat di dalam merealisasikan visi tersebut, dan tim manajemen perusahaan berkemampuan untuk menjalankan strateginya dengan baik.
Namun, Kendrick melihat kondisi ini juga semacam menjadi filter penyaringan, yang mampu menggambarkan apakah startup terkait bisa bertahan dengan baik, atau justru kondisinya makin memburuk.
Alhasil, setiap startup harus senantiasa fokus terhadap nilai-nilai yang diperjuangkannya, serta berpegang teguh pada prinsip tata kelola perusahaan yang benar, demi bertahan dan keluar sebagai pemenang. Komunal pun akan melakukan strategi serupa.
“Komunal mengambil kebijakan-kebijakan dengan bersandar kepada prinsip kebijaksanaan dan prudence. Ini juga berarti perusahaan mengutamakan kemandirian secara finansial, sehingga perusahaan tidak terlalu bergantung kepada pendanaan eksternal dan kondisi global,” tambahnya.
Kendrick mengklaim bahwa pola pikir itu telah turut membawa Komunal pada level grup telah mendulang keuntungan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) sejak bulan Agustus 2022 dan optimis akan mencapai keuntungan bersih (net profit) pada akhir tahun ini.
Sebagai informasi, Komunal merupakan tekfin yang memiliki inovasi membawa Bank Perkreditan Rakyat (BPR) naik kelas lewat ikut membantu mengoptimalkan instrumen deposito mereka, melalui platform bertajuk ‘Komunal Deposito BPR’.
Komunal bisa membantu problem utama dari dua tipe BPR. Pertama, yang memiliki likuiditas cukup tapi masih kesulitan dalam menyalurkan pinjaman ke UMKM di kawasannya. Kedua, atau sebaliknya, yaitu BPR yang sudah punya kanal penyaluran kredit yang besar, tapi likuiditas atau pengumpulan dana pihak ketiga (DPK) mereka masih terbilang rendah.
"Kami berkomitmen untuk membantu BPR dalam mengembangkan dan memperbaiki tata kelola yang lebih baik melalui ekosistem yang Komunal kembangkan," tutupnya.
Dihubungi terpisah, Bendahara Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) sekaligus Co-founder & Managing Partner Gayo Capital (Ideosource Green Initiative) Edward Ismawan Chamdani membenarkan bahwa tren strategi investasi yang lebih ketat dari modal ventura justru bisa menjadi peluang buat startup yang punya nilai beda dari pemain lain, tak terkecuali seperti Komunal.
“Kondisi saat ini membuat modal ventura sedang berada dalam tren melihat startup yang punya inovasi unik, berada di sektor-sektor yang belum terlihat ada winner yang terlalu mencolok di sana, terutama yang punya solusi berkaitan wilayah-wilayah rural,” jelasnya.
Edward pun mencontohkan startup akuakultur eFishery sebagai salah satu portofolionya yang sebenarnya berbasis di wilayah rural, tetapi berhasil melampaui ekspektasi, hingga akhirnya mampu menjadi sebesar saat ini, bahkan sampai digadang-gadang menjadi unikorn dalam waktu dekat.
“Kami cari startup yang seperti itu, yang inovasinya bisa unlock potensi ekonomi wilayah kota kecil dan pedesaan, tetapi tentu tantangannya, modal ventura harus banyak membantu mereka di sekitar 4-5 tahun awal,” tutupnya.
Menurutnya, terutama soal infrastruktur dan SDM, yang tentu tidak akan sama seperti startup di kota besar. Contoh, cara pandang founder terhadap market size, bagaimana maturity mereka melihat masalah, dan lain-lain, yang masih sangat perlu dibantu.