Bisnis.com, JAKARTA - Gempa bumi berkekuatan 7,8 melanda Turki tenggara dan sebagian Suriah terjadi pada dini hari tanggal 6 Februari 2023.
Hingga saat ini tercatat lebih dari 15.000 orang tewas dalam gempa tersebut, dengan ribuan lainnya terluka.
Gempa tersebut diikuti oleh peristiwa berkekuatan 7,5 sekitar 9 jam kemudian, serta lebih dari 200 gempa susulan.
Tingginya jumlah korban karena orang-orang terjebak dan tertimpa bangunan yang runtuh.
Angka kematian sebanyak 15.000 orang itu, diperkirakan akan terus bertambah. Turki sendiri memang tercatat beberapa kali mengalami gempa dengan jumlah kematian tinggi.
Semisal pada 1939 lalu dengan jumlah korban tewas sebanyak 35.000 orang.
Lantas kenapa gempa bumi itu begitu mematikan? berikut penjelasan ilmuwan dilansir dari Nature.
1. Turki berada di zona gempa aktif
Sebagian besar wilayah Turki terletak di lempeng Anatolia di antara dua patahan utama: Sesar Anatolia Utara dan Sesar Anatolia Timur.
Lempeng tektonik yang membawa Arab, termasuk Suriah, bergerak ke utara dan bertabrakan dengan tepi selatan Eurasia, yang menekan Turki ke arah barat, kata David Rothery, ahli ilmu bumi di Universitas Terbuka di Milton Keynes, Inggris.
“Turki bergerak ke barat sekitar 2 sentimeter per tahun di sepanjang Patahan Anatolia Timur,” tambahnya.
Separuh dari panjang patahan ini sekarang berisiko tinggi gempa bumi.
Seyhun Puskulcu, seismolog dan koordinator Yayasan Gempa Turki, mengatakan orang-orang di Turki sangat menyadari kerentanan mereka terhadap gempa bumi.
“Ini bukan kejutan,” kata Puskulcu.
Pusat gempa utama di Turki kemarin, berada 26 kilometer di timur kota Nurdagi di provinsi Gaziantep Turki, pada kedalaman 17,9 kilometer. Artinya kedalamannya dangkal.
Peristiwa berkekuatan 7,5 terjadi sekitar 4 kilometer tenggara Ekinözü di provinsi Kahramanmaras.
2. Perang mengacaukan bangunan yang sudah rentan
Kematian dalam gempa bumi sering disebabkan oleh jatuhnya batu bata dan pasangan bata.
Menurut Survei Geologi AS, banyak orang di Turki yang terkena dampak gempa bumi tinggal di struktur yang sangat mungkin rusak akibat guncangan, dengan bangunan bata tanpa tulangan dan rangka beton bertingkat rendah.
Dalam sebuah studi yang diterbitkan Maret lalu di Soil Dynamics and Earthquake Engineering, Arzu Arslan Kelam di Middle East Technical University, Ankara, dan rekan-rekannya menyatakan bahwa pusat kota Gaziantep akan mengalami kerusakan sedang hingga parah jika diguncang gempa dengan kekuatan 6,5 skala richter.
Ini karena sebagian besar bangunan yang ada adalah struktur bata bertingkat rendah yang dibangun sangat berdekatan satu sama lain.
Pada tahun 1999, gempa berkekuatan 7,4 melanda 11 kilometer tenggara Izmit, Turki, menewaskan lebih dari 17.000 orang dan menyebabkan lebih dari 250.000 orang kehilangan tempat tinggal.
Setelah tragedi ini, pemerintah Turki memperkenalkan peraturan bangunan baru dan sistem asuransi gempa bumi wajib.
Namun, banyak bangunan yang terkena dampak gempa minggu ini dibangun sebelum tahun 2000, kata Mustafa Erdik, seorang insinyur sipil di Universitas Bogaziçi, Turki.
Keadaan menjadi lebih buruk di Suriah, di mana konflik selama lebih dari 11 tahun telah membuat standar bangunan tidak mungkin ditegakkan.
Gempa bumi melanda wilayah barat laut Suriah, dengan gedung-gedung runtuh di Aleppo dan Idlib. Beberapa bangunan yang rusak akibat perang di Suriah telah dibangun kembali menggunakan bahan berkualitas rendah atau “bahan apapun yang tersedia”, kata Rothery.
Prediksi gempa susulan
Para peneliti mengatakan orang-orang perlu mempersiapkan diri untuk lebih banyak lagi gempa dan gempa susulan, serta cuaca yang memburuk.
“Kemungkinan gempa susulan besar yang menyebabkan lebih banyak kerusakan akan berlanjut selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan,” kata Ilan Kelman, yang mempelajari bencana dan kesehatan di University College London.
“Prakiraan cuaca untuk wilayah ini malam ini turun di bawah titik beku. Artinya, orang yang terjebak di reruntuhan, yang mungkin bisa diselamatkan, bisa mati kedinginan. Jadi bahaya ini berlanjut, ”tambahnya.