Ini Tantangan Operator Seluler Jika Masuk ke Segmen Korporasi

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 5 Januari 2023 | 22:30 WIB
Teknisi memasang perangkat Base Transceiver Station (BTS) di salah satu tower di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (18/3/2020)./Bisnis-Paulus Tandi Bone
Teknisi memasang perangkat Base Transceiver Station (BTS) di salah satu tower di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (18/3/2020)./Bisnis-Paulus Tandi Bone
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten dinilai menjadi salah satu tantangan bagi operator seluler untuk masuk ke pasar korporasi atau enterprise. Selain itu, persaingan harga di pasar korporasi juga cukup ketat, di tengah permintaan yang beragam.

Ketua Bidang Network dan Infrastruktur Indonesian Digital Empowerment Community (Idiec) Ariyanto A. Setyawan mengatakan untuk masuk ke segmen enterprise, operator seluler butuh dukungan sumber daya manusia yang mumpuni. Kebutuhan segmen enterprise akan teknologi yang andal, juga butuh dukungan sumber daya manusia yang tepat.

“Dibutuhkan SDM penjualan, support, dan backroom yang kompeten. Belum lagi solusi yang diminta perusahaan kemungkinan berbeda-beda,” kata Ariyanto, Kamis (5/1/2023).

Ariyanto menambahkan dengan menghadirkan solusi yang terkustomisasi atau berbeda-beda, maka biaya yang dikeluarkan operator untuk menghadirkan solusi IT juga relatif lebih mahal, bahkan terkadang diatas bujet belanja IT pelanggan enterprise.

Ariyanto menuturkan dalam melakukan pendekatan ke pasar enterprise tersebut, operator seluler melakukan berbagai pendekatan. Untuk pasar terbesar, masih akan melalui penjualan layanan dasar telekomunikasi seperti internet, panggilan suara dan sms, berupa langganan kartu sim, baik untuk karyawan maupun IoT

Operator juga terkadang menghadirkan paket-paket layanan bundle dengan konten & aplikasi yang dibutuhkan perusahaan seperti aplikasi office, call center, CUG, aplikasi video conference dan lain-lain. 

“Operator seluler juga menawarkan Value Added Service untuk perusahaan seperti pemanfaatan data big data operator dan periklanan,” kata Ariyanto.

Sebelumnya, Twimbit, perusahaan riset yang berfokus pada industri perbankan, telekomunikasi dan transformasi digital, menilai segmen enterprise dan UMKM akan menjadi salah satu pasar yang potensial untuk digarap perusahaan telekomunikasi Indonesia pada 2023.

Dalam laporannya, Twimbit memprediksi total belanja teknologi informasi (IT) yang digelontorkan oleh pemerintah dan perusahaan di Indonesia mencapai Rp459 triliun pada 2027, naik 53 persen dibandingkan dengan 2022 yang mencapai Rp300 triliun. 

Dari total Rp459 triliun tersebut, sebagian besar belanja IT dikeluarkan oleh perusahaan skala menengah dan besar. Sementara itu perusahaan skala mikro dan kecil serta pemerintahan menghabiskan belanja IT yang lebih rendah. Twimbit tidak menyebutkan secara detail porsi masin belanja IT tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper