Bisnis.com, JAKARTA – Dampak transformasi digital kian terasa di wilayah Timur Indonesia khususnya Nusa Tenggara Timur (NTT) usai pemerintah gencar membangun menara base transceiver station (BTS) di wilayah tersebut.
Bisnis Indonesia Group menggelar Festival Literasi Digital dengan tema Menjangkau yang Terjauh, Jadilah Pahlawan Digital di Universitas Nusa Cendana (Undana), Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada hari ini, Sabtu (12/11/2022).
Festival Literasi Digital merupakan penutup dari program peliputan Bisnis Indonesia bertajuk Jelajah Sinyal di NTT. Salah satu agenda dalam Festival Literasi Digital merupakan diskusi terkait transformasi digital di Indonesia Timur, khususnya di NTT.
Direktur Layanan untuk Badan Usaha BAKTI Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Dhia Anugrah Febriansa mengatakan, saat ini sudah ada sekitar 457 BTS atau stasiun pemancar sinyal yang tersebar di sepenjuru NTT.
Bahkan, klaim Dhia, mayoritas berada di kabupaten yang termasuk kategori tertinggal, perbatasan, dan wilayah yang secara umum belum layak secara komersial. Menurutnya, semua itu tak lain karena usaha pemerintah untuk menyediakan layanan internet ke pelosok daerah.
“Jadi perlu diketahui, membangun BTS itu sangat relevan dengan prospek bisnis. Lalu bagaimana kemudian dengan wilayah yang penduduknya sedikit? Wilayah yang jauh dijangkau secara geografis? Maka di situlah pemerintah memberikan pelayanan kepada masyarakat,” jelas Dhia dalam Festival Literasi Digital di Undana, Sabtu (12/11/2022).
Sementara itu, Rektor Undana Maxs U. E. Sanam mengaku saat ini transformasi digital di dunia pendidikan sangat terasa. Apalagi, lanjutnya, pandemi covid-19 mengakselerasi transformasi tersebut.
Dia bahkan punya pengalaman unik saat melakukan ujian di masa pandemi. Maxs mengaku saat itu mahasiswa harus sampai memanjat pohon untuk mencari sinyal.
Meski begitu, dengan kehadiran banyak BTS di NTT saat ini, Maxs mengira saat ini para mahasiswanya sudah tak perlu lalu memanjat pohon untuk mencari sinyal.
“Mungkin karena sekarang sudah dipasang BTS, mungkin dia enggak perlu panjat pohon lagi,” ujarnya.
Untuk sektor kesehatan, Direktur Rumah Sakit Siloam NTT Andreas Wijaya mengungkapkan, kini pihaknya telah menerapkan dua transformasi pelayanan digital. Pertama, dengan aplikasi MySiloam.
“Kita sudah mengaplikasikan namanya teknologi aplikasi MySiloam, untuk melihat jadwal dokter, sampai booking waktunya dokter pun ada di aplikasi,” jelas Andreas.
Tak hanya itu, mereka juga sudah menerapkan sistem electronic medical record atau rekam medis elektronik. Dengan begitu, Anderas menjelas bahwa kini pihaknya dapat mengurangi penggunaan kertas dan dapat lebih mudah mengecek rekam medis pasiennya meski dari luar kota.
“Dengan adanya electronic medical record ini, kalau pasien pernah berobat di Jakarta, dia kemudian berobat di Siloam, Kupang, dokter bisa melihat riwayatnya seperti apa, sehingga bisa menjadi sebuah pelayanan medis yang berkelanjutan,” ujarnya.
Sedangkan untuk sektor bisnis, Direktur Eksekutif Kadin NTT Mercy Siubelan mengatakan dirinya transformasi digital membuat pelaku usaha dapat dengan mudah menjangkau konsumen.
“Sekali klik, kita mau produk apa, langsung jalan. Nah itu mempermudah kita khususnya pelaku usaha untuk memulai bisnis,” ucap Mercy.