Bisnis.com, LARANTUKA - Pemerintah bersama seluruh pemangku kepentingan di sektor telekomunikasi berupaya keras untuk memperluas dan memeratakan pembangunan jaringan infrastruktur dan layanan internet di seluruh Indonesia, termasuk di wilayah terdepan, terpencil dan tertinggal (3T).
Kendati begitu, upaya tersebut masih dihadapkan pada sejumlah tantangan. Salah satunya adalah jalan menuju lokasi pengembangan menara yang terbilang sulit untuk diakses.
“Dalam upaya pembangunan menara telekomunikasi khususnya di daerah terpencil, Mitratel dihadapi beberapa tantangan yang muncul di lapangan seperti masalah akses yang sangat sulit,” ungkap Theodorus Ardi Hartoko, CEO PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel, kepada tim Jelajah Sinyal, Senin (7/11/2022).
Di samping itu, keamanan masih menjadi tantangan yang dihadapi oleh anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. atau TLKM ini dalam membangun infrastruktur telekomunikasi di sejumlah daerah. Pasalnya, jelas Theodorus, beberapa lokasi yang menjadi tempat infrastruktur telekomunikasi berupa menara itu berada di tengah hutan.
“[Selain itu, tantangannya adalah] ketersediaan jaringan listrik, serta kendala kelestarian alam dan budaya setempat yang harus tetap terjaga,” ungkapnya.
Namun, Theodorus memastikan bahwa Mitratel tetap berkomitmen untuk mendukung penuh program operator telekomunikasi dalam rangka pembangunan layanan 4G di seluruh Indonesia, termasuk di area 3T.
Perusahaan yang bergerak di bidang infrastruktur telekomunikasi ini telah mengelola lebih dari 35.000 menara yang tersebar di seluruh Indonesia. Sekitar 516 menara di antaranya merupakan base transceiver station (BTS) perbatasan atau daerah 3T di Nusantara.