Bisnis.com, MAUMERE - Kehadiran infrastruktur telekomunikasi, termasuk menara, turut mendorong peningkatan pemanfaatan dan literasi digital di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sebagai tempat menempel perangkat-perangkat telekomunikasi, seperti antena, pemancar, dan lain sebagainya, infrastruktur menara mengambil peran vital dalam proses digitalisasi di daerah tertinggal.
Regional Operation Maintenance Dept. Head Balinusra PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) Rio Putra Pratama mengatakan berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), NTT menempati urutan ketujuh dari sepuluh provinsi dengan tingkat literasi digital tertinggi di Tanah Air.
Posisi NTT lebih tinggi dibandingkan dengan Jawa Timur (13), DKI Jakarta (18), Jawa Barat (23) dan Jawa Tengah (24) dalam urusan literasi digital menurut laporan Status Literasi Digital di Indonesia 2021. Tingginya posisi NTT tidak terlepas dari hadirnya infrastruktur telekomunikasi dasar seperti menara telekomunikasi di daerah tersebut.
“Kehadiran infrastruktur telekomunikasi salah satunya menara, turut berkontribusi terhadap tingkat literasi digital di suatu wilayah, NTT salah satu wilayah dan provinsi yang masuk dan bersaing dengan provinsi-provinsi lainnya,” kata Rio kepada Bisnis, Kamis (3/10/2022).
Seperti diketahui, merujuk pada Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), literasi digital adalah kemampuan untuk mendefinisikan, mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi yang aman dan tepat melalui teknologi digital untuk berpartisipasi dalam ekonomi dan kehidupan sosial.
Rio mengatakan sebagai perusahaan penyedia infrastruktur dan solusi telekomunikasi ke depan TBIG berkomitmen untuk terus membuka dan memberikan akses kepada penyedia jaringan dan teknologi dalam ekspansi ke seluruh pelosok Tanah Air.
TBIG juga siap untuk mengisi area-area blankspot atau area-area yang belum terjangkau oleh teknologi atau telekomunikasi khususnya masyarakat di daerah tertinggal, terluar dan terdepan (3T). Dengan begitu, wilayah-wilayah tersebut dapat merasakan manfaat yang sama dalam menikmati layanan telekomunikasi seperti yang dirasakan area perkotaan.
Saat ini TBIG kurang lebih memiliki hampir 600 menara telekomunikasi yang tersebar di NTT. Menara tersebut digunakan oleh operator telekomunikasi untuk menempatkan perangkatnya seperti antena dan lain sebagainya.
Rio menuturkan dalam menghadirkan infrastruktur menara telekomunikasi di daerah NTT bukanlah hal yang mudah.
Terdapat sejumlah tantangan yang harus dihadapi seperti keterbatasan pasokan listrik dan kondisi geografis yang menanatang. Untuk mengatasi hal tersebut, TBIG memanfaatkan genset untuk menghadirkan listrik tambahan.
Di samping itu, perseroan juga menggandeng warga lokal untuk pengembangan menara pada sejumlah titik lokasi. “Kami juga melibatkan masyarakat sekitar dan aparatur sekitar untuk memberikan bantuan seperti pengangkutan material, atau sifatnya tidak critical, sehingga terjadi hubungan yang baik,” kata Rio.
Manfaat Bagi Pendidikan
Manfaat kehadiran menara dan layanan internet di NTT itu pun dirasakan David Rikard Stevenianus Carli, guru Bahasa Inggris di SMP Negeri Werang di Desa Werang, Waiblama, Kabupaten Sikka.
David mengakui bahwa tiga tahun lalu jaringan internet di Desa Werang susah diakses, kendati sudah ada fasilitas kelistrikan. Namun, kondisi itu berubah dalam dua tahun terakhir dengan kehadiran menara TBIG di Dusun Werang dan juga layanan internet yang didukung oleh base transceiver station (BTS) dari Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Kehadiran menara dan layanan internet itu, jelas dia, sangat membantu kegiatan belajar mengajar di SMPN Werang. Apalagi, jelas dia, pemerintah juga memberikan bantuan beberapa 15 perangkat laptop untuk melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) secara mandiri.
Foto udara menara milik PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) di Desa Werang, Waiblama, Kabupaten Sikka, NTT. Tampak juga kompleks SMP Negeri Werang, Kamis (3/11/2022)/JIBI/Bisnis/Suselo Jati.
“Untuk UNBK, kami itu dahulu setengah mati untuk membawa siswa berbondong-bondong ke satu sekolah untuk menumpang layanan internetnya,” ungkapnya kepada Tim Jelajah Sinyal yang menyusuri rute Ende-Larantuka, Kamis (3/11/2022).
Kendati kapasitas yang didapatkan tidak terlalu besar, David menilai layanan internet yang bisa diakses dari Dusun Werang terbilang stabil. Dia berharap ke depan kapasitas layanan internet di wilayah itu bisa ditingkatkan agar mendukung kegiatan belajar mengajar dengan lebih masif.
“Saat ini kalau 15 laptop kami aktifkan semua dan satu laptop untuk operator UNBK, biasanya ada sedikit gangguan. Kami berharap ada bantuan untuk menaikkan daya internet,” pungkasnya.