Bisnis.com, ENDE - Layanan internet diyakini mampu meningkatkan berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam membangun budaya antikorupsi dalam administrasi pemerintahan.
Hal itu diyakini Ferdinandus Watu, Kepala Desa Detusoko Barat, yang berada di Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT).
“[Dengan] penggunaan [layanan] internet ini, kami menjadi satu-satunya desa di NTT yang menjadi desa antikorupsi,” ungkapnya tim Jelajah Sinyal, Bisnis Indonesia, yang berkesempatan menyambangi Kantor Desa Detusoko Barat, Selasa (1/11/2022).
Desa Detusoko Barat menjadi salah satu percontohan dalam 10 Desa AntiKorupsi pada 2022 yang digagas Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) Bersama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Percontohan 10 Desa AntiKorupsi ini merupakan bagian dari kampanye gerakan antikorupsi ke seluruh Indonesia.
Pencapaian tersebut, jelas pria yang akrab disapa Nando ini, tidak terlepas dari digitalisasi seluruh layanan publik. Layanan internet, jelas dia, memudahkan dirinya untuk memberikan laporan pertanggungjawaban untuk semua anggaran dan kegiatan yang dilakukan aparatur sipil di Desa Detusoko Barat.
“Semua laporan pertanggungjawaban dan semua kegiatan desa sudah ada di website desa. Lalu ada Instagram dan Facebook. Sekecil apapun kegiatan di desa diunggah ke sosial media supaya orang tahu,” tegasnya.
Menurutnya, internet membantu aparatur desa untuk memberikan transparansi baik untuk laporan keuangan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) dan berbagai programnya.
Nando mengatakan digitalisasi memudahkan pihaknya dalam membangun pemerintahan dengan manajemen terbuka. Hal terakhir ini, jelasnya, menjadi kunci dalam pelayanan publik.
“Kami semua pelayanan publik dengan digital.”
Dari pantauan tim Jelajah Sinyal, terdapat spanduk yang membentang dan memerinci APBDes Detusoko Barat beserta berbagai program kerjanya.
Di samping itu, terpampang sejumlah daftar ungkapan yang mendorong masyarakat Detusoko Barat untuk mulai menjalankan budaya antikorupsi.
“Ada berbagai macam kata-kata, bagaimana budaya antikorupsi kami awali. Ini untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai open management,” kata Nando saat memberi penjelasan mengenai kata-kata antikorupsi tersebut.
Seperti diberitakan sebelumnya, Desa Detusoko Barat juga telah bertransformasi menjadi desa kreatif dengan ditopang teknologi informasi. Pasalnya, desa ini masuk dalam daftar 50 besar desa wisata terbaik di ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021.
Desa Detusoko Barat berhasil mengembangkan potensi pertanian dan pariwisata berbasis alam dengan mengoptimalkan teknologi informasi. Saat ini layanan itu dikembangkan melalui unit perdagangan dan pariwisata BUMDes Au Wula.