Jelajah Sinyal: Jadi Desa Kreatif Melek Digital, Ini Tantangan Detusoko Barat

Oktaviano DB Hana
Rabu, 2 November 2022 | 16:52 WIB
Kepala Desa Detusoko Barat Ferdinandus Watu berpose seusai wawancara dengan Bisnis Indonesia di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, Selasa (1/11). JIBI/Bisnis/Suselo Jati
Kepala Desa Detusoko Barat Ferdinandus Watu berpose seusai wawancara dengan Bisnis Indonesia di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, Selasa (1/11). JIBI/Bisnis/Suselo Jati
Bagikan

Bisnis.com, ENDE - Desa Detusoko yang terletak di Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah bertransformasi menjadi desa kreatif dengan ditopang teknologi informasi. 

Desa yang masuk dalam daftar 50 besar desa wisata terbaik di ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 itu telah berhasil mengembangkan potensi pertanian dan pariwisata berbasis alam dengan mengoptimalkan teknologi informasi.

Kendati begitu, sejumlah kendala masih mengadang upaya pengembangan lebih lanjut desa wisata Detusoko Barat.

Hal itu diungkapkan Ferdinandus Watu, Kepala Desa Detusoko Barat saat ditemui Tim Jelajah Sinyal, Bisnis Indonesia, yang berkesempatan menyambangi Kantor Desa Detusoko Barat, Selasa (1/11/2022).

Pria yang akrab disapa Nando ini mengusung visi untuk menjadikan Detusoko Barat sebagai desa yang berkarakter lokal, berdaya saing, berbasis pertanian terpadu dan ekowisata dengan mengedepankan teknologi informasi. 

Visi yang sangat maju itu tentunya bukan tanpa kendala atau tantangan. Nando mengakui untuk menjalankan visi itu dirinya dihadapkan oleh banyak tantangan. 

Namun bagi Nando, digitalisasi menjadi keharusan di tengah era revolusi industri 4.0. Selain itu, pandemi Covid-19 yang membatasi pergerakan masyarakat mau tidak mau memaksa para petani desa untuk memasarkan produk pangannya dengan inovasi digital.

Persoalan lainnya, kendati layanan internet di Detusoko Barat sudah didukung oleh operator seluler Telkomsel, masih banyak masyarakat desa yang literasi digitalnya kurang, terutama orang-orang tua. 

“Yang mengggunakan android banyak dari generasi milenial. Makanya mau tidak mau secara struktural di dalam sistem kita  meski banyak orang tua, tapi kegiatan harian justru anak muda,” jelasnya.

Kaum muda, kata Nando, menjadi ujung tombak dalam program yang diusungnya. Pasalnya, generasi muda yang melek teknologi bisa membantu orang tua dalam mengemas paket sayuran dan pengirimannya.

“Dari sisi marketing juga [anak muda yang diandalkan]. Jadi, kami berkolaborasi dengan anak-anak yang sudah SMA, bahkan sudah kuliah dan tinggal di sini untuk mendukung BUMDes kita,” ungkapnya.

Logistik menjadi tantangan berikutnya. Nando mengatakan ini menjadi tantangan khususnya untuk menjangkau pelanggan yang jauh.

Selain itu, jelasnya, pasokan produk pangan yang tergantung siklus tanam tidak bisa memenuhi permintaan yang meningkat.

“Permintaan cukup banyak, sedangkan [produk pangannya] tidak setiap bulan ada, khususnya untuk sayur-sayuran. Brokoli, misalnya, di level petani tanamnya setahun tiga kali, sedangkan permintaan selalu ada.”

Layanan Telekomunikasi

Tantangan berikutnya adalah infrastruktur teknologi informasi dan layanan internet yang masih kurang merata. 

Nando menjelaskan pihaknya saat ini memang sudah mendapatkan layanan internet dari Telkomsel. Namun, dia mengakui masih ada titik tanpa sinyal internet atau blankspot.

Meskipun begitu, ia merasa bersyukur mendapatkan layanan internet yang memadai di kantor desa. 

Dengan dukungan itu, jelasnya, kantor desa tak hanya melayani administrasi publik dan digitalisasi BUMDes tetapi digunakan untuk ujian daring para siswa dari desa lain.

“Kemarin ada juga siswa-siswa SD Wolomoni itu yang ujian UNBK-nya di sini karena tidak ada ada internet. Jadi, di sini [kantor desa] multifungsi,” kata Nando. 

Nando juga bersyukur kantor desanya mendapatkan bantuan perangkat wifi dari Telkomsel dan didukung Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo.

“Sehingga sudah bisa dipakai untuk free wifi di sini,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Nando berharap ke depan layanan internet bisa diperkuat di Desa Detusoko Barat dan sekitarnya. 

Apalagi, pihaknya ingin memperkuat jangkauan layanan dari unit perdagangan dan patiwisata BUMDes Au Wula. 

“Itu yang juga kami minta. Dari BAKTI Kominfo kami hanya dapat beberapa Mbps (bandwidth layanan internet). Padahal, kami ada beberapa fungsi di sini,” pungkasnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor : Wahyu Arifin
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper