Bisnis.com, ENDE - Literasi digital dinilai menjadi aspek penting untuk mengoptimalkan layanan internet di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional (Mastel) Sigit Puspito Wigati Jarot menjelaskan digitalisasi harus berangkat dari pembangunan infrastruktur sebagai fondasi awal.
Kendati begitu, Sigit mengingatkan ada aspek lain yang perlu dipersiapkan selain perluasan jangkauan infrastruktur telekomunikasi yakni literasi digital.
Dia mencontohkan, setelah infrastruktur telekomunikasi tersedia bagi masyarakat di desa, khususnya di daerah 3T, program literasi digital harus dipacu. Dengan begitu, jelas dia, layanan internet yang cukup terbatas di daerah 3T bisa dioptimalkan.
“Misalnya bandwidth yang terbatas itu terpakai untuk hal yang lebih optimal seperti edukasi, pekerjaan, kesehatan dan lainnya. Bukannya habis untuk nonton streaming video high-quality yang memakan bandwith banyak,” ungkap Sigit.
Berdasarkan pengalaman, Sigit menilai kemampuan memahami literasi pada generasi milenial, termasuk di pedesaan, terbilang relatif cepat. “Jadi tinggal dijalankan programnya saja,” tegasnya.
Terpisah, Bupati Ende Djafar H. Achmad mengatakan pihaknya terus menerus menekankan kepada seluruh perangkat pemerintahan daerah untuk mensosialisasikan hal itu hingga ke desa-desa.
“Literasi digital harus kuat. Kalau dibiarkan, [dampak] negatif lebih banyak,” jelasnya kepada Tim Jelajah Sinyal, Bisnis Indonesia, yang berkesempatan untuk bersilaturahmi di kantor pemerintahan Kabupaten Ende, Senin (31/10/2022).
Dia mengatakan program literasi digital di wilayahnya terus dilakukan termasuk dengan dukungan dari pemangku kepentingan pusat nasional, seperti Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informasi dan BUMN.
Sosialisasi itu, jelasnya, dilakukan terutama kepada para siswa di sekolah menengah. Selain itu, literasi digital diberikan kepada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)