JELAJAH SINYAL 2022: Detusoko Barat, Bukti Nyata Digitalisasi Optimalkan Pertanian dan Pariwisata Desa

Oktaviano DB Hana
Rabu, 2 November 2022 | 12:11 WIB
Kepala Desa Detusoko Barat Ferdinandus Watu memberikan pemaparan saat wawancara dengan Bisnis Indonesia di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, Selasa (1/11/2022)/ Suselo Jati
Kepala Desa Detusoko Barat Ferdinandus Watu memberikan pemaparan saat wawancara dengan Bisnis Indonesia di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, Selasa (1/11/2022)/ Suselo Jati
Bagikan

Bisnis.com, ENDE - Menjadikan Detusoko Barat sebagai desa yang berkarakter lokal, berdaya saing, berbasis pertanian terpadu dan ekowisata dengan mengedepankan teknologi informasi menjadi visi dari Ferdinandus Watu ketika terpilih sebagai kepala desa pada 2020.

Saat ini, visi pria yang akrab disapa Nando ini mulai terwujud dan mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak. Desa Detusoko yang terletak di Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), kini mampu mengembangkan potensi pertanian dan pariwisata berbasis alam dengan mengoptimalkan teknologi informasi.

Dengan visi yang diemban Nando, Desa Detusoko Barat bahkan dalam setahun bisa masuk ke dalam daftar 50 besar desa wisata terbaik di ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021.

Anugerah Desa Wisata merupakan apresiasi dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) untuk mendukung perkembangan desa-desa kreatif di Indonesia.

“Jadi ada 3 kata kunci [dalam mengembangkan Desa Detusoko Barat] yakni pertanian, pariwisata dan teknologi informasi. Itu yang menjadi visi dasar untuk menjadikan desa kami sebagai Desa Wisata,” ungkap Nando kepada Tim Jelajah Sinyal, Bisnis Indonesia, yang berkesempatan saat menyambangi Kantor Desa Detusoko Barat, Selasa (1/11/2022).

Nando, yang merupakan penerima beasiswa Fullbright dan lulus dari Miami Dade College, Florida Amerika Serikat pada 2015 pada jurusan Tourism and Hospitality Management, menjelaskan pemilihan tiga kata kunci itu berangkat dari potensi dan kondisi yang ada di desanya.

Pertama, jelas dia, sekitar 95 persen penduduk Desa Detusoko Barat mengandalkan sektor pertanian.

“Hasil pertanian kami ada padi, kopi, kakao, lalu ada juga tanaman pangan, kemiri, dan juga hortikultura, umbi-umbian.”

Kedua, sambung Nando, Desa Detusoko Barat berada di jalur utama jalan Trans Flores dan menjadi area penyangga Danau Kelimutu. Lokasinya hanya berjarak 33 Km dari Kota Ende atau sekitar 45-60 menit berkendara dari Bandara Ende.

Dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut (mdpl), Desa Detusoko Barat menyajikan topografi indah dengan terasering persawahan yang membentang di sisi jalan dan dilatari perbukitan hijau yang juga menghasilkan beragam produk perkebunan.

“Detusoko ada di bawah kaki Gunung Kelimutu dan dekat sekali dengan kota Ende,” ungkapnya.

Kata kunci ketiga, jelas Nando, terkait dengan era digital yang saat ini mengubah pola hidup masyarakat secara masif. Kondisi itu, jelasnya, harus dimanfaatkan untuk mengoptimalkan dua kata kunci lainnya.

“Mau tidak mau kita memasuki era industri 4.0 sehingga kami coba kolaborasikan antara pertanian, peluang pariwisata, dan dengan teknologi. Kami mengimplementasikan desa digital,” jelasnya.

Digitalisasi Optimalkan Potensi

Nando mengatakan Desa Detusoko memiliki Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes Au Wula dengan dua unit usaha yakni perdagangan dan pariwisata. Keduanya kini telah memiliki platform digital.

Unit usaha perdagangan pada awalnya memiliki dapurkita.bumdesmart.id. Platform dibentuk oleh Kemendes PDTT dengan dukungan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk memudahkan BUMDes dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam memasarkan produknya dalam jangkauan lokal.

Nando mengungkapkan pembentukan lapak daring ini terbentuk saat pandemi Covid-19 melanda. Pasalnya, pada saat itu para petani Desa Detusoko Barat tidak tau harus menjual hasil perkebunan dan pertaniannya ke mana dengan adanya pembatasa sosial.

“Kami kemudian berkolaborasi dengan Keuskupan Ende, Satgas Tanggap Covid-19, lalu kemudian ditanggapi positif oleh Kemendes PDTT sehingga menjadi platform pilot project di desa,” jelas dia.

Setelah berjalan selama 3-4 bulan, layanan itu menjadi platform nasional dan digunakan oleh 120 pelapak daring (BUMDes dan UMKM) di seluruh Indonesia.

“Platform itu memudahkan kami untuk menjual sayur-sayuran dari beberapa desa di kecamatan Detusoko dan bisa dipesan melalui aplikasi,” ungkapnya.

Pada awal 2021, market yang dilayani BUMDes Au Wula semakin berkembang. Dapur Kita, unit usaha perdagangan BUMDes Au Wula, tak lagi hanya melayani pasokan pangan ke Kota Ende melainkan juga mulai menjangkau kabupaten tetangga, yakni Sikka dan Nagekeo, bahkan ke kabupaten lainnya.

Alhasil, unit Dapur Kita bertransformasi dengan platform mandiri menjadi pasarflores.id. “Ini untuk platform digital unit perdagangan.”

Dengan platform pasarflores.id, BUMDes Au Wula kini tidak hanya memasarkan produk pangan dari wilayah Kecamatan Detusoko saja melainkan juga membantu sektor pertanian di berbagai Kabupaten Lain.

Nando menjelaskan pasarflores.id berkolaborasi dengan teman-teman di beberapa kabupaten sehingga sayuran yang dihasilkan petani lokal di wilayah tersebut bisa dipasarkan secara daring.

“Sehingga sayurnya tidak harus dari Detusoko. Misalnya, bagaimana teman-teman di Maumere bisa menjual sayurnya juga bahkan sampai Sabu Raijua. Jadi kami memperluas,” ungkapnya.

Secara total, kata Nando, pasarflores.id telah berkolaborasi dengan 60 petani dengan pelanggan yang sudah mencapai 500-an orang.

Berdasarkan informasi dari laman resmi pasarflores.id, saat ini unit usaha perdagangan BUMDes Au Wula itu memiliki lima outlet. Selain di Detusoko Barat, saat ini outlet-nya tersedia di Kota Ende, Maumere (Sikka), Mbay (Nagekeo) dan Sabu Raijua.

Sementara di sektor pariwisata, BUMDes Au Wula memiliki decotour.bumdeswisata.id. Platform ini menyediakan sejumlah paket ekowisata kepada para pelancong dari dalam dan luar negeri.

Dilansir decotour.bumdeswisata.id, paket wisata yang ditawarkannya antara lain agrotour atau susur sawah, coffee processing school package, paket permainan tradisional anak, atraksi sanggar budaya, eksplorasi aneka menu lokal, hingga ritual adat tahunan Nggua Uwi yang dilakukan setahun sekali.

“Untuk paket wisata di Detusoko Barat, kami berkolaborasi dengan beberapa desa dan juga dengan paket utama wisata ke Danau Kelimutu dan juga Ende sebagai Kota Pancasila,” ungkapnya.

Hub Digital

Pencapaian yang dihasilkan Nando saat ini belum merupakan akhir. Putra asli Detusoko itu ingin melanjutkan visi dengan mengembangkan ruang kreatif atau creative hub yang menjadi tempat anak-anak dan kaum desa bisa memahami dan mengeksplorasi potensi dari dunia digital.

“Kami ingin punya podcast sendiri, kanal Youtube sendiri untuk memberikan segala informasi yang ada di desa,” jelasnya.

Di samping itu, dia berharap ke depan bisa meningkatkan infrastruktur teknologi informasi untuk memaksimalkan promosi desa.

“Sehingga semua potensi desa yang bisa dilihat saat datang langsung juga bisa informasinya bisa tersaji dengan jelas. Semacam one stop service,” pungkasnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor : Thomas Mola
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper