Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) membuka seleksi pengguna pita frekuensi radio 2,1 GHz untuk keperluan penyelenggaraan jaringan bergerak seluler pada 2022.
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengusulkan harga dasar penawaran lelang pita frekuensi tersebut bisa lebih murah mengingat saat ini regulatory cost industri telekomunikasi sudah sangat besar.
"Baiknya memang bisa dijual lebih murah," katanya, Senin (29/8/2022).
Meski begitu, menurut Heru kalaupun nanti operator menawar lebih tinggi, silakan saja. Akan tetapi, dari harga dasar harus tercermin bahwa pemerintah pro industri menawarkan spektrum yang lebih murah.
Dengan begitu, sambungnya, di kemudian hari beban konsumen lewat harga yang tawarkan operator nantinya juga tidak terlalu tinggi.
"Harga dasar bisa menggunakan harga lelang sebelumnya untuk besaran FDD [Frequency Division Duplex] 5 MHz atau bisa saja juga lebih murah," ucapnya.
Lebih lanjut Heru menilai pembukaan seleksi lelang untuk pita frekuensi yang kosong dari pengambilan frekuensi oleh pemerintah saat Indosat Ooredoo dan H3I merger memang harus segera dilelang.
Hal ini, imbuhnya, dilakukan agar ada optimalisasi spektrum frekuensi radio guna meningkatkan kapasitas dan kualitas layanan jaringan bergerak seluler, serta menambah pendapatan yang cukup besar bagi negara.
Sementara itu Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Muhamad Arif menilai pembukaan lelang tersebut akan sangat menarik bagi operator seluler.
Dia menyebut selain Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), di pita 2,1 GHz hanya ada Telkomsel dan XL sehingga diprediksi dua operator tersebut yang lebih tertarik.
"Namun begitu, minat operator terhadap lelang spektrum, tentunya disesuaikan dengan rencana dan kemampuan operator tersebut menyediakan layanan dalam memenuhi komitmen kepemilikan frekuensi tersebut," imbuhnya.