Bisnis.com, JAKARTA – Permintaan smartphone Indonesia turun 11 persen year on year (yoy) menjadi 9,4 unit pada kuartal II/2022.
Berdasarkan riset dari Counterpoint, penurunan ini pun terjadi secara global dan regional dikarenakan adanya masalah makro ekonomi dan masalah mata uang membuat kuartal kedua ini secara global sulit.
Counterpoint juga menilai dengan adanya lockdown yang ketat pada tahun lalu memperbesar dampak kesengsaraan ekonomi tahun ini karena lebih banyak orang menghabiskan lebih banyak waktu online, meningkatkan permintaan untuk smartphone.
Permintaan ponsel pintar di Indonesia biasanya berada di kisaran US$150 atau senilai Rp2,2 juta. Bahkan, Counterpoint memprediksi akhir kuartal ini merupakan terburuk, di mana segmen anggaran terpotong hampir 1 juta unit pada Juni dibandingkan tahun lalu.
Samsung pun menjadi satu-satunya produsen ponsel yang tumbuh pada kuartal II tahun ini dalam pengiriman unit. Samsung tercatat tumbuh 33 persen karena perjuangan Samsung untuk memacu produksi, setelah adanya masalah pasokan yang berasal dari penutupan pabrik Vietnam.
Meskipun demikian, Samsung membanjiri pasar dengan berbagai perangkat kelas bawah hingga menengah seperti seri A dan M, yang berkinerja baik pada bulan April. Model ini menyumbang 14 persen dari total pengiriman domestik selama bulan perayaan.
Hal tersebut pun cukup untuk membantu Samsung dalam mengambil posisi terdepan dalam hal pangsa pasar untuk pertama kalinya dalam 3 tahun, tetapi tidak cukup untuk menyamai level pra-Covid.
Kemudian, Xiaomi mengalami penurunan terbesar sejak rekor kuartal II/ 2021. Penurunan ini pun dikarenakan masalah pasokan chipset terus mempengaruhi pengiriman. Ekspor turun sebesar 47 persen pada kuartal terakhir.
Sementara itu, Realme mengalami penurunan terkecil yaitu 4,6 persen, diikuti oleh OPPO 14 persen dan Vivo 18 persen.