Bisnis.com, JAKARTA — Koordinator Balai Pengelola Observatorium Nasional (BPON) BRIN Abdul Rachman menyebut bahwa komet C/2017 K2 telah melintasi bumi dengan jarak terdekat sekitar 2 meter pada 13 Juli 2022.
Abdul menduga bahwa komet itu berasal dari bagian Awan Oort yang merupakan suatu titik di bagian luar tata surya.
“Initial C dari komet tersebut bertipe non-periodik, angka 2017 menunjukkan tahun ditemukannya, dan kombinasi huruf dan angka K2 menunjukkan urutan ditemukannya pada 2017," tutur Abdul dikutip dari siaran pers BRIN, Senin (25/7/2022).
Adapun Abdul mengatakan, ketika komet tersebut melintasi bumi, terlihat penampakan yang berupa ekor debu dan ekor gas, yang akan semakin terlihat jelas seiring dengan berjalannya komet K2 ke arah matahari.
"Saat melintas dekat bumi, K2 hanya bisa dilihat jika memakai teleskop apalagi karena saat itu bertepatan dengan bulan purnama. Akan tetapi seiring makin dekatnya komet tersebut dengan matahari, maka ia akan bisa dilihat dengan binokular," jelas Abdul.
Dirinya menambahkan bahwa fenomena tersebut dapat disaksikan oleh seluruh penduduk di dunia karena cuaca malam hari yang cerah.
Sementara itu, Abdul menjelaskan bahwa K2 pertama kali ditemukan oleh sistem pemenatau komet, Panaromic Survey Telescope and Rapid Response System (PanSTARS) pada 21 Mei 2017 di Hawaii, Amerika Serikat.
Untuk diketahui, pengamatan terhadap komet K2 sendiri telah dilakukan oleh BPON yang bertempat di Kantor Operasional dan Pusat Sains, Desa Oelnasi. Abdul menekankan bahwa hasil yang diperoleh dari pengamatan yang dilakukan selama 4 hari (13-16 Juli) tersebut dapat digunakan untuk keperluan riset maupun astrofotografi.
Senada dengan Abdul, tak hanya dapat digunakan oleh BRIN selaku lembaga penelitian yang diakui pemerintah, Kepala Pusat Riset Antartika Emanuel Sungging memastikan bahwa hasil pengamatan itu dapat dipelajari oleh seluruh pihak yang tertarik untuk memahami dinamika benda-benda di dalam tata surya.
Menurut Emanuel, fenomena lintasan komet ini juga menjadi peluang baru bagi para ilmiwun untuk mengamati komet K2 dalam harak yang lebih dekat.
"Harapan terbesar dari pengamatan sikat ini adalah memberikan wawasan dan informasi kepada masyarakat Indonesia, bahwa bangsa Indonesia sudah mempunyai sebuah observatorium astronomi di wilayah NTT,"
Emanuel juga berharap seluruh hasil pemantauan tersebut mampu dimanfaatkan sebagai bahan untuk melakukan riset keantariksaan, yang dilakukan bersama-sama dengan BRIN.