Ini Tantangan Bisnis Data Center Hyperscale di Indonesia

Rahmi Yati
Senin, 23 Mei 2022 | 06:49 WIB
Ilustrasi data center/Flickr
Ilustrasi data center/Flickr
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - EdgeConneX menyebutkan sejumlah tantangan dalam menjalankan bisnis data center hyperscale di Tanah Air. Meski potensinya besar, Indonesia dinilai masih di tahap awal adopsi proyeksi pusat data skala besar tersebut.

Managing Director (APAC) di EdgeConneX Kelvin Fong mengatakan tren data center hyperscale akan terus berkembang hingga 6-7 tahun ke depan. Apalagi, Indonesia sedang dalam proses transisi ke ekonomi digital.

"Dalam hal ini sumber daya manusia [SDM] tidak kalah pentingnya. Ini adalah tantangan terbesar bagi data center," katanya, Minggu (22/5/2022).

Guna mengatasi tantangan ini, Kelvin menyebut EdgeConneX berupaya meningkatkan dan melatih banyak karyawan operasional dan design developers ketika memasuki pasar Indonesia.

Bukan itu saja, sambungnya, EdgeConneX juga berhasil meningkatkan dan melatih mereka agar dapat mengembangkan portfolio yang lebih besar di Tanah Air.

"Kami memiliki modul pelatihan bagi karyawan kami. Kami memiliki product training untuk karyawan baru kami. Hal inilah yang kami lakukan di India, Cina, dan sekarang tentunya di Indonesia," ucap dia.

Selain SDM, dia menilai bahwa regulasi juga memiiki peran yang sangat penting. Selama pemerintah mendukung dan memacu pertumbuhan digital, maka regulasi yang ada tidak hanya akan membahas tentang lahan, tetapi juga perpajakan, pembiayaan, dan penerapan.

"Di sinilah regulasi-regulasi ini akan berperan dalam pertumbuhan infrastruktur digital di Indonesia," tambah Kelvin.

Lebih lanjut dia menuturkan, Indonesia juga memiliki tantangan unik yang tidak dapat dihindari dari segi wilayah. Beberapa tantangan tersebut antara lain kemampuan untuk mendapatkan lahan.

Meski begitu, Kelvin menegaskan bahwa tantangan ini terjadi di semua negara, tidak hanya Indonesia. Perusahaan kesulitan mendapatkan power yang tepat, terutama bersumber dari green energy.

"Kami berkomitmen untuk membawa sustainable power, baik solar, air, angin, maupun geothermal. Kami juga menyadari bencana alam dapat jadi ancaman sehingga kemampuan kami untuk mendesain dan mengatasi bencana alam jadi penting," tutur Kelvin.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmi Yati
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper