Hadapi Persaingan Ketat di Bisnis Data Center, ini Strategi DCII

Rahmi Yati
Senin, 23 Mei 2022 | 01:49 WIB
(Dari kiri ke kanan) Toto Sugiri selaku CEO DCI, Evelyn Wijaya selaku Head of Division Enterprise, Gregorius Nicholas Suharsono selaku Corporate Secretary/Dhiany Nadya Utami.
(Dari kiri ke kanan) Toto Sugiri selaku CEO DCI, Evelyn Wijaya selaku Head of Division Enterprise, Gregorius Nicholas Suharsono selaku Corporate Secretary/Dhiany Nadya Utami.
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) mengklaim memiliki strategi tersendiri dalam menghadapi persaingan di bisnis data center hyperscale di Indonesia.

Corporate Secretary DCII Gregorius Nicholas Suharsono mengatakan transformasi digital yang berkembang pesat seperti penggunaan layanan digital yang kini telah jadi gaya hidup masyarakat Indonesia, merupakan peluang untuk perusahaan.

Pasalnya, data center merupakan salah satu infrastruktur utama yang mendukung ekonomi digital Indonesia. Dengan demikian permintaan untuk penyedia layanan colocation data center akan terus meningkat.

"Data center DCI bisa dibilang adalah hyperscale data center. Total kapasitas data center DCI sebesar 37 MW," katanya, Minggu (22/5/2022).

Namun, dia menyebut, masuknya sejumlah pemain baru di industri data center dapat menciptakan kondisi persaingan yang membuat DCII harus selalu melakukan sejumlah peningkatan layanan, Perseroan juga akan terus melakukan peningkatan kualitas atas layanan yang diberikan perusahaan.

Dia mengeklaim, yang membedakan DCI dengan perusahaan data center lain adalah sejak beroperasi, perusahaan memiliki rekam jejak operasional dengan kualitas tinggi yang mampu mempertahankan 100 persen uptime availability.

"Selain itu, keberagaman ekosistem digital di dalam data center DCI sudah terbentuk sehingga memudahkan klien kami untuk saling terkoneksi dengan cost yang lebih efisien," ucap dia.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menyebut saat ini kebutuhan penyimpanan data bukan saja untuk small scale. Dia melihat kebutuhan untuk hyperscale data center juga turut meningkat.

Meski begitu, dia menyarakan perusahaan yang ingin bermain di sektor ini agar dapat cermat melihat peluang dan berkompetisi dengan pemain lainnya.

"Biasanya kapasitas untuk hyperscale berbeda dan bisa dilihat dari kebutuhan energi listriknya. Namun yang mau masuk ke hyperscale harus menghitung cermat bagaimana kompetisinya, kemampuan keuangan dan segmen pasarnya seperti apa," tutur Heru.

Bukan itu saja, menurutnya perusahaan juga harus mempertimbangkan keberadaan infrastruktur seperti jaringan serat optik dan basis pelanggan korporasi. Dalam hal ini, Startup besar atau perusahaan yang punya banyak pelanggan memiliki kelebihan atau peluang dibandingkan pemain lain.

Heru juga menyarankan, pembangunan data center haruslah aman dan memiliki data recovery center. Tak ketinggalan, efisiensi dalam penggunaan energi listrik dan mengarah pada penggunaan teknologi hijau juga patut jadi perhatian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmi Yati
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper