Bisnis.com, JAKARTA – Schneider Electric kembali melaksanakan program Schneider Go Green yang diikuti ratusan ide dari para peserta.
Schneider Go Green merupakan salah satu program pengembangan bakat dan mentoring yang diinisiasi oleh Schneider Electric sejak 2010. Schneider Go Green merupakan kompetisi global yang diperuntukkan bagi mahasiswa/i untuk menumbuhkan minat dan memfasilitasi generasi muda untuk ikut ambil bagian mencari solusi dalam pengelolaan energi dan otomasi industri yang efisien dan berdampak positif terhadap lingkungan.
Pada 2021 lalu, Schneider Go Green berkolaborasi dengan AVEVA menambahkan dan melengkapi cakupan kategori kompetisi yang sudah ada yaitu De[coding] the Future, selain kategori Access to Energy, Homes of the Future, Plants of the Future, dan Grids of the Future.
Dalam penyelenggaran kompetisi ini, Schneider Electric memberikan panggung bagi generasi muda perempuan untuk menunjukkan kemampuannya. Schneider Go Green mewajibkan setiap tim harus memiliki sedikitnya satu peserta perempuan. Peserta merupakan mahasiswa/i yang sedang mengambil studi S1 maupun S2 di bidang studi antara lain Business, Computer Sciences, Engineering, Math, Marketing and Innovation.
Tahun ini terdapat sekitar lebih dari 250 ide terkumpul, menjadikan Indonesia menempati posisi ketiga sebagai negara dengan peserta terbanyak dari 10 negara yang berpartisipasi.
Tim SmartFOCS yang terdiri dari Yusiran, Herviyandi Herizal, dan Sagaria Arinal Haq dari Institut Teknologi Bandung menjadi pemenang Indonesia Schneider Go Green 2022 dan akan mewakili Indonesia berkompetisi di tingkat regional pada 27 April 2022 mendatang. Adapun tim SmartFOCS mengusung ide pengembangan Smart Floating Ocean Current dan Solar Hybrid Generation Power System (SmartFOCS Power) untuk membantu mengembangkan masyarakat pesisir yang membutuhkan listrik dengan energi baru terbarukan.
“SmartFOCS Power merupakan teknologi hybrid yang mengintegrasikan pembangkit listrik fotovoltaik terapung dan turbin arus laut untuk menghasilkan energi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik pulau-pulau kecil yang sulit diakses oleh PLN. Hadirnya SmartFOCS Power dapat membantu masyarakat pesisir untuk meningkatkan perekonomiannya dengan membuka peluang bisnis seperti pabrik es dan bisnis perkapalan. Mereka juga tidak perlu khawatir terhadap kerusakan lingkungan karena salah satu nilai dari SmartFOCS Power adalah eco-friendly sehingga aman untuk lingkungan”, ungkap Yusiran, perwakilan Tim SmartFOCS.
Lebih lanjut, Yusiran berbagi pengalamannya mengikuti kompetisi Schneider Go Green yang telah mempertemukannya dengan banyak teman yang mempunyai ide – ide kreatif untuk tujuan yang mulia. “Kami merasa bangga menjadi bagian dari komunitas ini, yang ingin memberikan manfaat untuk masyarakat Indonesia. Kami juga semakin berbangga hati karena berkesempatan mendapatkan ilmu dari mentor dan fasilitator yang selalu maksimal, memoles tim kami agar mampu menyampaikan nilai - nilai yang ingin kami bagikan dan wujudkan ke khalayak luas.”
Tahun ini, Indonesia Schneider Go Green kembali berkesempatan menghadirkan dewan juri yang terdiri dari Andriah Feby Misna, Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM Republik Indonesia; Andreas Pandu Wirawan, Chief Commercial Officer Ecoxzytem, climate-tech venture builder yang berfokus pada pembinaan ecopreneur; Roberto Rossi, Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste; Sondang Saktion, HR Director Schneider Electric Indonesia & Timor Leste; dan Joko Sutopo, Plant Director Schneider Electric Indonesia.
Andriah Feby Misna, Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM Republik Indonesia menyampaikan, “Melihat upaya transisi energi dan dekarbonisasi yang saat ini telah menjadi trend global, maka permintaan pasar untuk SDM di bidang aneka energi baru terbarukan diproyeksikan akan meningkat. Estimasi kami, dengan rencana emisi nol bersih Indonesia di 2060, untuk O&M Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) EBT dibutuhkan kurang lebih 559 ribu tenaga kerja. Sedangkan untuk konstruksi dan instalasi PLT EBT pada rentang 2030 hingga 2060 di proyeksikan 8,96 juta tenaga kerja, atau rata-rata menyerap 298 ribu tenaga kerja per tahun. Kompetensi yang dibutuhkan antara lain Perencanaan Pembangunan PLT EBT, Pemasangan dan Pembangunan PLT EBT, Pengoperasian Pembangkit PLT EBT, Pemeriksaan dan Pengujian PLT EBT, dan Pemeliharaan Pembangkit PLT EBT.
"Kami sangat mengapresiasi acara Schneider Go-Green 2022 ini sebagai media untuk menuangkan ide cemerlang, inovasi dan kreativitas para generasi muda dalam mendorong pengembangan EBT. Mereka juga diajak untuk mengasah empati dan analytic thinking untuk melihat berbagai permasalah yang ada di Indonesia terkait akses terhadap energi dan bagaimana menyediakan energi yang bersih, handal dan terjangkau kepada masyarakat yang juga menjadi salah satu tujuan dari SDGs. Kolaborasi dengan industri sangat penting untuk membantu ide-ide dan hasil penelitian ini bisa discale up ke tahap komersial. Dan apa yang dilakukan oleh Schneider sangat baik untuk mewujudkan ide/inovasi tersebut untuk selanjutnya dapat dikembangkan secara komersial. Tentunya Pemerintah sangat mendorong upaya untuk mewujudkan ide/hasil penelitian ke tahap komersial ini.”
Andreas Pandu Wirawan, Chief Commercial Officer Ecoxzytem mengatakan, “Indonesia memiliki potensi besar dalam mencetak ragam ecopreneur rintisan. Hal ini dilatarbelakangi semakin sadarnya generasi muda terhadap permasalahan lingkungan dan sosial, dan tingginya minat mereka untuk ikut terlibat dalam menciptakan dampak yang positif. Yang menjadi tantangan saat ini adalah belum banyaknya contoh-contoh praktik terbaik yang dapat menjadi tolak ukur / panutan bagi para calon ecopreneur. Oleh karena itu dukungan ekosistem sangat lah krusial untuk memberikan pembinaan, transfer pengetahuan dan teknologi, serta membangun kemitraan. Di sini, saya melihat Schneider Electric melalui program Schneider Go Green menjawab kebutuhan ini dengan membuka peluang kolaborasi bersama venture builder seperti Ecoxzytem dan para generasi muda yang memiliki kesamaan visi dan misi untuk menciptakan masa depan dunia yang lebih sustainable.”