Bisnis.com, JAKARTA - Keberadaan ekosistem yang luas dan terjadinya kolaborasi dengan berbagai sektor menguntungkan startup tekfin dan e-commerce di Asia Tenggara karena banyak memperoleh pendanaan dari investor.
Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menyebut, e-commerce menjadi salah satu sektor startup yang paling banyak dilirik oleh investor karena sudah memiliki ekosistem yang matang.
Menurutnya para investor melihat potensi pengembangan ekosistem dari sektor yang sudah matang tersebut, seperti penambahan layanan dan integrasi. Dengan itu mendorong para investor percaya diri untuk mengucurkan dana di startup e-commerce, terutama di Asia tenggara dengan pasar yang begitu besar.
Selain e-commerce, tekfin juga menjadi startup yang paling banyak disuntik dana oleh para investor di Asia Tenggara. "Tekfin jadi incaran investor karena sedang mengarah ke status mature, selain itu juga adanya konsolidasi memperlebar value chain seperti bank digital dengan tekfin, bank digital dengan wealtech dan lainnya, yang saat ini sedang jadi tren," ujarnya, Selasa (22/3/2022).
Di sisi lain, Edward melihat adanya kolaborasi skala besar yang sedang marak terjadi, terutama didukung platform dan aplikasi super. Saat ini banyak startup pengelola aplikasi super mengintegrasikan berbagai layanan termasuk e-commerce, tekfin, logistik, dan sektor lainnya.
"Ke depan sektor healthtech, logistik, dan edutech memiliki ukuran pasar yang sangat besar, sehingga kemungkinan juga dapat menarik banyak investasi," ujar Edward.
Sementara itu, menurut laporan DealStreetAsia yang diterbitkan Februari lalu, para perusahaan rintisan atau startup di Asia Tenggara sepanjang Januari 2022 lalu berhasil mengumpulkan dan senilai lebih dari US$1,7 miliar. Pendanaan tersebut diperoleh melalui 126 transaksi baik dengan perusahaan modal ventura maupun entitas lain, dikutip pada Selasa (21/3/2022).
Berdasarkan kompilasi DealStreetAsia, startup e-commerce mengumpulkan dana paling banyak dibandingkan dengan startup lain di bulan Januari 2022, yaitu dengan dana senilai US$784 juta dari 19 transaksi.
Sementara itu, perusahaan teknologi keuangan (tekfin) menjadi sektor yang paling banyak melakukan transaksi pendanaan, yaitu 29 transaksi dengan total nilai sekitar US$480 juta.
Di sisi lain, data yang dikumpulkan oleh DealStreetAsia menunjukkan seri pendanaan tahap awal menjadi favorit para investor dengan total 41,1 persen dibandingkan seluruh transaksi pendanaan pada Januari 2022. Adapun terdapat 39 transaksi pendanaan di tahap seed atau benih dan 26 pendanaan untuk seri A, 12 transaksi Seri B dan 4 transaksi Seri C.
Adapun, startup di Asia Tenggara mengumpulkan setidaknya US$1,96 miliar dalam seluruh putaran pendanaan dari perusahaan modal ventura atau entitas lain pada Februari 2022. Sepanjang Februari, tercatat 98 transaksi, lebih sedikit dari Januari 2022. Pada periode tersebut terdapat 128 transaksi dengan nilai US$1,7 miliar.
Startup di sektor software dan software-as-a-service (SaaS) mendapatkan pendanaan paling banyak di Februari 2022, menyalip e-commerce, yang telah menjadi magnet para investor sejak adanya pandemi.
Startup di sektor perangkat lunak / SaaS mengumpulkan dan paling banyak, sebesar US$732 juta, dari hanya 13 transaksi di Februari.
Adapun startup tekfin terlibat dalam 24 transaksi yang mengumpulkan setidaknya US$580 juta pada Februari. Startup e-commerce, yang sebelumnya mengumpulkan dana paling banyak pada Januari 2022, hanya mendapatkan pendanaan sebesar US$45,6 juta dari 8 transaksi.
Di sisi lain, putaran pendanaan tahap awal terus mendominasi transaksi pendanaan startup di Asia tenggara. Dari sisi jumlah, pendanaan tahap awal (seed atau benih) masih mendominasi dengan 54,2 persen dari total semua pendanaan.
Ada 39 pendanaan seri seed atau benih dengan total nilai US$106 juta, pre-seed 9 transaksi dengan total US$8,4 juta, dan 9 transaksi seri A yang memperoleh sebesar US$173 juta.