Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan modal ventura menilai para startup e-commerce mulai fokus merambah pasar bahan-bahan segar yang masyarakat perlukan untuk memenuhi kebutuhan harian.
Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menyebut, para startup e-commerce banyak bermunculan karena pasar di Indonesia yang masih terbuka dan banyak segmen yang belum dimanfaatkan secara maksimal.
"Menurut saya, salah satu target pasar yang dituju adalah penjualan produk-produk segar secara daring, yang saat ini berada di kisaran 1 persen penetrasi pasarnya," ujarnya, Kamis (10/2/2022).
Padahal, menurut Edward, di negara maju, khususnya di kota dengan penduduk padat, persentase tersebut sudah naik di kisaran angka dua digit.
Untuk itu para startup baru muncul, mengacu pada potensi pasar tersebut dan mencoba merebut dominasi pasar dari peritel modern yang lebih besar.
Sebelumnya saat dihubungi pada, Rabu (26/1/2022), Edward menyebut, salah satu kriteria terpenting layanan e-grocery adalah ketepatan dan kecepatan waktu. Selain untuk menjamin kesegaran item yang dibeli, juga terkait ekspektasi layanan yang cepat.
"Jadi persaingan akan mengacu ke kriteria tersebut sehingga pola supply chain dan otomasi layanan menjadi hal yang sangat penting untuk dipersiapkan para startup ini," ujarnya.
Menurut Edward, konsep rantai pasokan yang merambah ke berbagai daerah dan menyeluruh menjadi alasan banyak investor mengucurkan dananya ke startup e-grocery.
Sebagai informasi, startup pendatang baru, Bananas memperoleh pendanaan sebesar US$1,5 juta dari putaran pendanaan yang dipimpin oleh East Ventures. Pendanaan tersebut akan digunakan untuk penetrasi ke pasar produk segar di kota.
Bananas merupakan startup yang mengusung konsep quick commerce untuk kebutuhan sehari-hari terutama produk-produk segar di kota tingkat 1. Perusahaan rintisan tersebut menargetkan pasar kelas menengah ke atas dan menjanjikan mampu mengantarkan pesanan dalam kurun wakut 10 menit.
Dikutip dari laman resminya, Blibli, salah satu e-commerce besar di Indonesia juga memiliki layanan pengantaran cepat yang disebut dengan Layanan 2 Jam Sampai. Pesanan para konsumen akan dijamin sampai dalam kurun waktu dua jam setelah pembayaran.
Layanan tersebut menggandeng ekosistem dua startup lain, yaitu Grab dan Gojek dengan Grab Ekspress serta Gosend. Menurut Blibli layanan tersebut akan dijamin tepat waktu dalam kurun waktu 2 jam.
External Communications Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya menyebut, perusahaanya juga menyediakan layanan khusus untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Kami menyediakan Tokopedia NOW yang membantu masyarakat memenuhi kebutuhan produk harian, termasuk produk sembako seperti daging, sayuran, buah-buahan, makanan ringan dan lainnya, dalam waktu maksimal dua jam pengiriman setelah pembayaran," ujarnya, Kamis (10/2/2022).
Ekhel mengeklaim adanya peningkatan transaksi hampir 2 kali lipat melalui Tokopedia NOW selama Desember 2021 dibandingkan dengan November 2021 setelah diluncurkan." ujarnya.
Sayangnya, para e-commerce masih sulit mendominasi pasar kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan hasil survei Inventure-Alvara, sebanyak 86,4 persen responden mengatakan berbelanja di toko terdekat tetap menjadi prioritas utama dalam memilih tempat berbelanja, dikuti dari rilis, Rabu (9/2/2022).
Adapun dari 770 responden yaitu sebanyak 76,5 persen responden lebih memilih toko yang lebih dekat dengan tempat tinggal meskipun koleksi produk tidak lengkap dibanding dengan main store.
Sementara itu, riset yang dilakukan Januari 2022 lalu tersebut juga menunjukkan, untuk produk makanan segar dan mudah kadaluarsa seperti makanan segar, buah, sayur dan lainnya, sebanyak 89 persen responden lebih memilih berbelanja secara langsung di toko offline dibanding berbelanja di toko online.
Sebelumnya menurut survei yang diterbitkan Institute for Business Value IBM pada, Rabu (2/2/2022), dari 19.000 responden sekitar 72 persen masih menggunakan motode belanja secara langsung (ke toko) untuk memenuhi kebutuhan harian.
Adapun, 27 persen responden mengaku menggunakan metode belanja campuran (digital dan ke toko langsung). Para responden yang menggunakan metode campuran merupakan generasi muda (Gen z).
Alasan teratas responden memilih untuk mengunjungi toko adalah dapat menyentuh dan merasakan produk sebelum membelinya (50 persen), memilih dan menentukan produk mereka sendiri (47 persen), serta bisa langsung mendapatkan produk yang diinginkan (43 persen), meskipun barang yang dicari pembeli di toko fisik bervariasi menurut kategori produk.
Departemen Agrikultur AS “Retail Foods” untuk Indonesia dalam laporannya menyebut, penjualan kebutuhan sehari-hari di Indonesia pada 2020 mencapai US$97 miliar. Pasar atau warung tradisional menguasai 79 persen dan sisanya dikuasai oleh peritel modern.