Bisnis.com, JAKARTA - Hasil survei Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) soal literasi digital Indonesia diragukan oleh kalangan ekonom kendati perlu diapresiasi.
Peneliti ekonomi digital Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyebut, laporan literasi digital yang sudah dikeluarkan Kemenkominfo perlu disambut baik.
"Dengan itu kita sudah bisa melihat tingkat literasi digital Indonesia per tahun dan menjadi bahan evaluasi untuk kebijakan," ujarnya, Kamis (20/1/2022).
Walaupun sedikit meragukan, lanjutnya, temuan paling penting dari survei tersebut adalah tingkat literasi digital Indonesia yang ternyata di level sedang. Hal itu merupakan capaian yang cukup baik karena skala penilaian berada di kisaran 1-5.
Namun jika melihat data indeks literasi digital di tingkat provinsi, dia melanjutkan, tiga provinsi di Pulau Jawa terutama Banten memiliki nilai literasi digital yang rendah. Kebalikannya, Papua Barat dan Gorontalo termasuk tinggi indeks literasi digitalnya, padahal akses internet di Banten bisa jadi lebih bagus dibandingkan Papua Barat dan Gorontalo.
"Jadi adanya akses internet belum tentu meningkatkan indeks literasi digital," ujarnya.
Huda mengatakan temuan data yang berkaitan langsung dengan ekonomi digital masih sangat kurang. Pemanfaatan ekonomi digital untuk produktivitas masih belum terbaca dengan baik oleh survei tersebut.
Selain itu, hasil survei yang menunjukkan WhatsApp sebagai media sosial utama masyarakat Indonesia, menurut Huda adalah temuan yang manarik. Hal itu sejalan dengan temuan beberapa penelitian yang menyebut WhatsApp sebagai platform paling strategis untuk melakukan jual-beli, termasuk sarana social commerce.
Dia menilai perlu meninjau ulang data dan temuan yang menunjukkan tingkat literasi digital Indonesia menuju tingkatan yang lebih baik.
"Apakah memang kondisinya sudah menuju baik atau bisa jadi bias kelompok karena kepercayaan akan berita sudah sangat terpolarisasi," ujarnya.
Sebelumnya, Kemenkominfo bersama Katadata Insight Center meluncurkan hasil riset bertajuk Survei Status Literasi Digital Indonesia. Survei tersebut dilaksanakan pada Oktober 2021 lalu dengan melibatkan 10.000 responden dari 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Literasi digital tersebut mengacu pada 4 pilar utama, yaitu 4 kecakapan pada teknologi digital, etika dalam dunia digital, tingkat keamanan digital, dan budaya menggunakan layanan atau teknologi digital.
Pada pengukuran Indeks Literasi Digital 2021 tersebut, nilai pilar kecakapan digital berapa di angka 3,44, sedangkan nilai etika di dunia digital Indonesia berapa di kisaran nilai indeks 3,53.
Adapun pilar budaya digital memperoleh nilai indeks paling tinggi yaitu 3,90, sedangkan indeks keamanan digital Indonesia menjadi pilar literasi yang paling lemah dengan nilai 3,10.