Bisnis.com, JAKARTA – Solusi yang sesuai dengan kebutuhan pasar menjadi penentu keberhasilan perusahaan rintisan lokal saat ekspansi ke luar negeri.
Untuk tahun ini, diperkirakan aksi buka layanan baru di luar negeri akan makin sedikit dibanding dengan 2021 karena pandemi Covid-19.
Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (Idiec) M. Tesar Sandikapura mengatakan dengan pasar Indonesia yang besar, seharusnya perusahaan rintisan dan teknologi Tanah Air tidak perlu ekspansi ke luar negeri.
Perusahaan luar negeri berlomba masuk ke Tanah Air. Menjadi aneh, menurut Tesar, jika pemain dalam negeri ekspansi ke luar negeri.
“Startup yang sudah sukses di Indonesia tidak perlu ‘membabi buta’ untuk membuat cabang di luar negeri. Kecuali solusinya generik, semua negara butuh,” kata Tesar, Rabu (12/1/2022).
Dia memperkirakan pada tahun ini jumlah perusahaan rintisan dalam negeri yang ekspansi ke luar negeri akan lebih sedikit dibandingkan dengan tahun lalu. Terlebih jika pandemi Covid-19 makin parah.
Sekadar informasi, negara- negara luar saat ini masih berperang menghadapi penyebaran Covid-19, khususnya varian Omicron. Pemerintah China misalnya, memutuskan untuk mengkarantina 20 juta warganya.
Kota Anyang menjadi kota ketiga yang dikarantina oleh Pemerintah China. Kemudian, pada Desember 2021, sebanyak 22 negara Eropa melaporkan terdapat sebanyak 732 kasus varian Omicron.
“Tidak disarankan saat pandemi, startup membuka cabang di luar negeri. Usahanya besar, peluangnya untuk sukses kecil,” kata Tesar.
Tesar juga menjelaskan pasar luar negeri berbeda dengan pasar Indonesia. Masyarakat Indonesia cenderung konsumtif terhadap produk-produk yang ditawarkan dari luar. Sebaliknya, pasar luar negeri, belum tentu dapat menerima produk atau solusi yang ditawarkan oleh startup Indonesia.
Kondisi tersebut, menurutnya, membuat perusahaan teknologi dalam negeri sulit berkembang dan bertarung di luar negeri. Sebagai contoh, di Malaysia layanan ojek online tidak dapat berkembang, meskipun di Indonesia ojek online bertaburan.
“Layanan yang di Indonesia sukses, ketika di luar negeri belum tentu mendekati sukses,” kata Tesar.
Sementara itu, dalam acara Webinar Digital Industry Forecast (DIECAST) 2022, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan perusahaan rintisan harus benar-benar memastikan bahwa produknya di dalam negeri berhasil.
Di samping itu, lanjutnya, perusahaan rintisan juga harus menyesuaikan dengan kebiasaan pasar di luar negeri. Aplikasi yang dihadirkan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat di luar negeri.
“Penilaian perusahaan rintisan tidak hanya aplikasi bagus dihadirkan, tetapi juga berapa banyak yang menggunakan aplikasi tersebut,” kata Heru.