Bisnis.com, JAKARTA -- Langkah Indosat membagi dividen senilai Rp9,5 triliun dinilai berpotensi mengganggu kelangsungan operasional Indosat yang merger dengan Hutchison 3 Indonesia (H3I).
Kuntho Priyambodo, pengamat pasar modal dari Nusantara Investama mengatakan Indosat terakhir kali membagi dividen pada 2017 dan 2018 masing-masing senilai Rp1,1 triliun dan Rp397 miliar. Setelah itu hingga 2021 Indosat tak lagi membagikan dividen.
Menurutnya, langkah Indosat membagi dividen merupakan suatu yang wajar. Pembagian dividen katanya, harusnya tidak mengganggu arus kas dan operasional perusahaan, kewajiban ke karyawan dan pelanggan IM2, komitmen pembangunan ke negara serta kewajiban membayar uang pengganti di kasus korupsi IM2.
Dia menjelaskan merujuk pada laporan keuangan September 2021, kas di Indosat sebesar Rp11 triliun. Pasca tebar dividen, katanya, kas Indosat hanya tersisa Rp1,5 triliun, sementara CAPEX tahunan Indosat selama ini Rp8 triliun.
"Dengan disisakan kas Rp1,5 triliun, operasional Indosat dipastikan terseok-seok. Alangkah baik jika perusahaan tetap menjaga retain earnings besar agar bisa bersaing," katanya dalam keterangan resmi, Selasa (30/11/2021).
Seperti diketahui, Indosat membagi dividen senilai Rp9,5 triliun yang terdiri dari dividen tahunan Rp4,5 triliun dan dividen interim Rp5 triliun.
Kuntho melanjutkan Indosat bisa saja menambah likuiditas dengan terbitkan obligasi atau meminjam uang dari bank. Namun, dengan rasio hutang dan ekuitas (debt to equity ratio) 2,7x, tak akan mudah bagi Indosat untuk dapatkan pendanaan dengan bunga yang kompetitif.
Indosat, katanya, memiliki pilihan untuk menggembangkan usahanya melalui dana murah dengan menjaga retain earnings dari hasil penjualan aset perusahaan yang bisa diinvestasikan kembali. Pasalnya, pinjam ke bank atau terbitkan obligasi yang dapat menaikan rasio hutang.
"Dengan dividen tahunan yang ditarik dari retain earnings, maka DER Indosat akan melesat menjadi 3,6x. Ini jauh di atas rival terberat mereka, XL yang memiliki DER 2,45x. Kinerja kinclong Indosat tahun ini karena penjualan tower. Bukan dari operasional organik. Ketika penjualan tower dihilangkan, laba perseroan masih merah," katanya.