Bisnis.com, JAKARTA - PT Mora Telematika Indonesia (Moratelindo) mengungkapkan banyak sistem komunikasi kabel bawah laut (SKKL) yang terhubung dengan Amerika Serikat disebabkan mayoritas perusahaan teknologi besar saat ini berasal dari Negeri Paman Sam.
Bekerja sama dengan Hawaiki, Moratelindo akan membangun SKKL yang menghubungkan Singapura, Indonesia, Australia dan Amerika Serikat. SKKL yang terhubung ke Indonesia, nantinya akan disebarluaskan ke daerah Indonesia Timur.
Direktur Utama Moratelindo Galumbang Menak mengatakan dalam menyebarkan SKKL ke lebih banyak daerah, perseroan akan melakukan percabangan (branching) jaringan, yang mengarah ke Papua atau ke Nusa Tenggara. Moratelindo belum dapat memastikan ke mana percabangan dilakukan, mengingat proses pembangunan baru dilakukan pada 2022.
“Hingga saat ini masih dalam kajian,” kata Galumbang kepada Bisnis.com, Senin (8/11/2021).
Galumbang mengatakan meski SKKL yang terhubung dengan Amerika Serikat sudah banyak, konten lalu lintas data masih terlalu deras untuk dibendung. Banyak lalu lintas data global yang berasal dari Amerika Serikat.
Sebagai gambaran, ujar Galumbang, Facebook dan Instagram saat ini berkontribusi sebesar 40 persen dari total lalu lintas (trafik) data yang ada di dunia, sementara itu Google sekitar 20 persen.
Artinya sekitar 60 persen lalu lintas saat ini berasal dari Amerika Serikat. Angka tersebut berpotensi lebih tinggi lagi, karena di luar Google dan Facebook, masih banyak perusahaan teknologi yang berada di sana.
SKKL yang ada saat ini tidak cukup untuk menampung lalu lintas data tersebut, sehingga dibutuhkan lebih banyak kabel serat optik.
“Sekarang baru satu yang langsung ke AS dan kota di Amerika Serikat pun berkembang, jika dahulu landing SKKL di Orlando, sekarang menyebar ke area selatan. Jadi melihat Amerika Serikat itu bukan hanya satu kota,” kata Galumbang.
Adapun mengenai tantangan penggelaran SKKL Trans Pasifik, kata Galumbang, adalah masalah permodalan. Moratelindo dan konsorsium harus menyiapkan dana yang besar untuk membangun SKKL internasional terpanjang yang pernah di bangun Indonesia tersebut.
Berdasarkan perhitungan Galumbang, untuk membangun SKKL per kilometer membutuhkan biaya sekitar US$40.000. Artinya jika panjang SKKL mencapai 22.000 kilometer maka dana yang dihabiskan sekitar US$880 juta atau senilai Rp12,6 triliun.
“[Tantangannya] harus mempersiapkan belanja modal,” kata Galumbang.
Galumbang mengatakan perseroan akan berusaha mencari permodalan. Dia optimistis hal tersebut dapat dipenuhi mengingat layanan internet merupakan suatu kebutuhan yang terus meningkat permintaannya.
Indonesia saat ini sedang menuju digital. Dibutuhkan banyak infrastruktur teknologi informasi dan telekomunikasi untuk mendukung proses tersebut.