Bisnis.com, JAKARTA - Penguatan platform pembayaran digital LinkAja dinilai lebih penting dibandingkan dengan mendorong PeduliLindungi untuk menjadi alat pembayaran digital. Pasar pembayaran digital sudah padat dan berdarah-darah, kecil peluang bagi PeduliLindungi berkembang.
Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura mengatakan esensi aplikasi PeduliLindungi adalah sebagai alat pelacak. Aplikasi tersebut tidak dapat dialihkan sebagai alat pembayaran digital karena secara ekosistem belum matang.
Masuknya PeduliLindungi dalam sejumlah platform super aplikasi, belum cukup untuk modal bersaing dengan platform pembayaran digital lainnya.
Basis pelanggan besar yang dimiliki saat ini, kata Tesar, disebabkan orang dipaksa untuk menggunakan aplikasi tersebut. Ketika pandemi berakhir atau tidak ada kewajiban, jumlah pengguna aplikasi akan turun.
Tesar berpendapat lebih baik pemerintah fokus dalam membesarkan LinkAja agar dapat bersaing dengan pemain pembayaran digital lainnya.
“PeduliLindungi digunakan karena orang dipaksa. Kalau ingin pembayaran digital lebih baik dibesarkan LinkAja,” kata Tesar, Selasa (28/9/2021).
Tesar mengatakan setelah sekian lama beroperasi, LinkAja masih belum mampu menghadapi aplikasi pembayaran milik swasta seperti Gopay dan OVO. Dia menduga ada yang salah dengan tata kelola LinkAja.
Oleh sebab itu, agar posisi LinkAja makin kuat, pemerintah perlu memberikan perhatian lebih dalam mengembangkan aplikasi pembayaran digital gabungan dari perusahaan BUMN dan anak usaha BUMN itu.
“Kenapa LinkAja tidak laku? itu yang seharusnya diperbaiki. Kenapa tidak menang melawan Gopay dan OVO,” kata Tesar.
Sekadar informasi pada 2020, jumlah pengguna LinkAja tercatat sebanyak 61 juta pengguna, tumbuh 73 persen dibandingkan 2019. Kemudian jumlah pedagang yang tergabung dengan ekosistem LinkAja, telah mencapai 900.000 pedagang, tumbuh 5 kali lipat secara tahunan.
Meski mengalami pertumbuhan, LinkAja masih kalah terkenal dibandingkan dengan OVO, Gopay, Dana dan Shopee. Berdasarkan Kadence International Indonesia, dari 1.000 responden yang diteliti, sebanyak 96 persen responden mengaku mengenai OVO sebagai platform pembayaran digital, disusul oleh Gopay (95 persen), Dana (93 persen) dan Shopee Pay 81 persen.