Bisnis.com, JAKARTA – Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Darurat diyakini tidak memiliki dampak signifikan bagi pertumbuhan pengguna perusahaan rintisan (startup) di bidang teknologi pendidikan (edutech).
Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang mengatakan bidang teknologi pendidikan sudah akrab di telinga masyarakat selama beberapa tahun ke belakang, sehingga pertumbuhan penggunanya ditaksir tidak meningkat cukup besar.
“Tantangan utama bagi para edutech adalah memberikan pengalaman baru bagi para pengguna lama maupun yang baru. Karena tahun lalu adalah tahun keterpaksaan menggunakan edutech. Tahun ini seharusnya sudah harus bergeser menjadi kebutuhan akan produk edutech,” katanya, Kamis (8/7/2021).
Lebih lanjut, dia mengatakan peran teknologi pendidikan harus mengadopsi teknologi baru yang dinilai cakap dan mudah untuk digunakan agar bisa menggaet pengguna-pengguna baru.
Berdasarkan data Statista, pada 2025 pengeluaran di seluruh dunia untuk Startup Edutech (teknologi pendidikan) diperkirakan akan meningkat secara dramatis di beberapa segmen utama.
Adapun, pengeluaran untuk realitas berimbuh (augmented reality) dan realitas virtual (virtual reality) diperkirakan meningkat dari US$1,6 miliar pada 2018 menjadi US$12,6 miliar pada 2025.
Dianta melanjutkan, PPKM Darurat memberikan potensi pemain teknologi pendidikan untuk melakukan inovasi di fitur masing-masing pemain sehingga pasar yang disasar bisa berkembang besar.
“Bila ini dilakukan, aka nada potensi [pengguna] naik lagi sekitar 10 persen dibandingkan tahun lalu,” ujarnya.
Berdasarkan data Statista, pasar perangkat lunak pendidikan ditaksir akan mengumpulkan pendapatan di seluruh dunia sekitar US$10,4 miliar pada 2021.
Perkiraan menunjukkan bahwa tren pertumbuhan yang kuat ini akan berlanjut selama bertahun-tahun yang akan datang, mencapai US$11,3 miliar pada 2024.