Bisnis.com, JAKARTA — Kelangkaan material cip (chipset) di tingkat global diyakini tidak akan mengganggu penetrasi hadirnya ponsel pintar dengan fitur internet 5G di Indonesia.
Ketua Asosiasi Industri Perangkat Telematika Indonesia (AIPTI) Ali Soebroto mengatakan bahwa chipset yang masih langka memang akan mengganggu produksi ponsel pintar secara umum, tetapi saat ini ada keyakinan akan teratasi pada September 2021 lantaran setiap pemain sudah memahami penanganan dari kendala tersebut.
“Sementara untuk ponsel 5G kelangkaan [cip] tidak akan membebani, karena jumlah produksi atau kebutuhan ponsel 5G masih relatif kecil baik di tingkat global dan Indonesia, terkait dengan jaringan 5G yang juga terbatas di sini masih bisa dipenuhi oleh vendor,” ujarnya, Senin (14/6/2021).
Ali pun meyakini gawai 5G belum mendongkrak pasar ponsel di Tanah Air, apalagi jaringan tersebut yang masih bekerja di lebar pita (bandwidth) N40 atau 2,3Ghz.
“Sebagaimana kita ketahui 5G akan terlihat performanya saat beroperasi di bandwidth dengan frekuensi yang lebih tinggi. Untuk pasar Indonesia, saat ini Pemerintah juga sedang dalam proses menata 5G,” katanya.
Berdasarkan laporan dari firma riset International Data Corporation (IDC), China akan memimpin pasar ponsel pintar 5G dengan hampir 50 persen pangsa pasar pada 2021. Kemudian, Amerika Serikat (AS) akan menyusul dengan pangsa pasar 16 persen.
Adapun, untuk pasar Eropa Barat dan Asia Pasifik selain Jepang dan China diprediksi akan menguasai 23,1 persen pangsa pasar ponsel pintar 5G di seluruh dunia pada akhir 2021.
IDC juga memperkirakan keberadaan ponsel pintar 5G akan mendongkrak pengiriman ponsel pintar secara global pada 2021 yang diperkirakan meningkat 7,7 persen dari 2020.
Penyebabnya, melonjaknya penjualan ponsel 5G juga seiring dengan harga jual rata-rata ponsel yang mulai turun. Laporan tersebut memprediksi harga untuk perangkat Android 5G turun 12 persen secara tahunan menjadi US$ 456.