Bisnis.com, JAKARTA - Dalam ekosistem teknologi jaringan generasi kelima atau 5G, China merupakan pemain paling dominan saat ini. Kendati begitu, negara itu masih akan terus melakukan ekspansi besar-besaran.
Dilansir Gizchina, Senin (12/4) pada akhir tahun lalu, China dilaporkan memiliki sekitar 718.000 base transceiver station (BTS) yang menyumbang 70 persen dari total di seluruh dunia.
Tahun ini, negara itu berambisi memiliki lebih dari 1 juta BTS 5G dengan melakukan pembangunan masif. Sung Songlin, profesor di Beijing University mengatakan bahwa industri jaringan di negara ini memang sangat berkembang.
Namun demikian, China juga memiliki beberapa permasalahan yang harus dihadapi termasuk soal modal, konsumsi energi, dan juga serapan pasar.
Pertama, pengembangan jaringan 5G membutuhkan investasi modal yang besar dan biaya operasionalnya masih sangat tinggi. Sebagai informasi, konsumsi daya BTS 5G satu setengah hingga tiga kali lebih besar dari BTS 4G.
Total investasi 4G di China hingga kini mencapai 900 miliar Yuan atau sekitar US$137 miliar dan belum sepenuhnya kembali. Sementara, saat ini investasi 5G nya telah mencapai 260 miliar Yuan atau sekitar US$40 miliar dan diperkirakan bisa mencapai lebih dari 1 triliun Yuan.
Kedua, 5G sebagai teknologi baru bakal memiliki masa transisi, masa jatuh tempo, masa penurunan, dan masa kematian. Kematangan teknologi membutuhkan waktu untuk penyempurnaan dan ditingkatkan secara bertahap.
Tantangan ketiga pengembangan 5G adalah siklus hidup industrialisasi. Pendiri Huawei Ren Zhengfei pernah berkata bahwa 5G akan membutuhkan waktu hingga 7 tahun untuk benar-benar matang. Waktu yang cukup lama dibanding 4G dengan hanya 3 tahun.
"China saat ini sedang membangun jaringan 5G berskala besar, yang jauh ada di depan negara lain di dunia ... bentuk-bentuk bisnis baru akan diproduksi dan peningkatan industri serta transformasi digital akan dipromosikan," kata Songlin.