Pelaku Bisnis Perlu Pahami Strategi Digital Lebih Dulu

Akbar Evandio
Selasa, 16 Maret 2021 | 21:14 WIB
Pandemi Covid-19 berhasil mempercepat transformasi bisnis serta aktivitas jual beli dari tradisional menjadi daring atau online lewat prinsip digitalisasi. - Antara
Pandemi Covid-19 berhasil mempercepat transformasi bisnis serta aktivitas jual beli dari tradisional menjadi daring atau online lewat prinsip digitalisasi. - Antara
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Adopsi penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dinilai masih belum maksimal diterapkan oleh pelaku bisnis antarprovisi di Indonesia. Sebab, mayoritas pemain masih awam terhadap strategi digital.

Digital Strategist Gojek Muhammad Iqbal mengatakan sejauh ini masih banyak masyarakat, termasuk perusahaan besar yang belum memaksimal bisnis digitalnya lantaran belum memahami fungsi digital bagi kelangsungan bisnis.

“Harus punya sosial media, harus punya website, tetapi [mereka] tidak ada kejelasan mengapa mereka harus ada digital dan kenapa mereka harus pakai digital,” ujarnya lewat diskusi virtual, Selasa (16/3/2021).

Iqbal mengatakan hal paling dasar untuk memaksimalkan bisnis saat ini adalah dengan mengakselerasi strategi digital yang disiapkan agar bisa membuat pelaku mengetahui arah tujuan yang akan dicapai.

“Strategi menjadi penting, karena menjawab bagaimana kita bisa menentukan tujuan, sasarannya, dan mengidentifikasi saluran-saluran apa saja dari yang pengguna gunakan atau calon konsumen gunakan dan bagaimana kita meraihnya, menjangkaunya,” katanya.

Menurutnya, strategi digital lebih mendesak untuk diadopsi para pelaku bisnis, sebab mereka akan mengetahui penetrasi yang efisien terhadap konsumennya. Dia menyebut saat ini masih banyak brand yang bermain di ranah digital tanpa mengetahui siapa konsumennya sehingga hal tersebut bisa meningkatkan kegagalan dalam menjalankan bisnis digital.

“Jadi ketika mereka gagal memahami pengguna mereka, mereka tidak tahu cara paling efektif menjual produk mereka gitu. Misalnya untuk kelompok tertentu yang usianya 17—25 [tahun], mereka sudah mulai jarang menggunakan sosmed Facebook, mereka lebih banyak di TikTok misalnya atau instagram,” katanya.

Iqbal menegaskan pebisnis digital harus sadar dan beradaptasi termasuk dalam memahami perkembangan calon konsumen. Sebab, bisnis ke depan tidak bakal jauh dengan perkembangan digital sehingga strategi bisnis tidak akan lepas dengan istilah strategi digital.

“Jadi di masa depan nantinya kita ngomong strategi bisnis ya ada digital di dalamnya dan menurut saya ini keniscayaan gitu,” tutur Iqbal.

Berdasarkan paparan Iqbal, strategi bisnis digital yang bisa diterapkan setidaknya harus mencakup SMART atau Specific, Measurable, Achievable, Relevant, dan Time-Based.

"Spesifik misalnya jadi harus jelas sebenarnya apa yang ingin dicapai misalnya kita pengin meningkatkan penjualan ya berapa banyak. Makanya kita perlu spesifik kenapa? Kita tahu end goal-nya apa, apa yang mau kita capai," ujarnya.

Selanjutnya, dia mengatakan bisnis digital harus measurable atau terukur sehingga memudahkan dalam menyusun strategi untuk mencapai tujuan.

"Jika melakukan A hasilnya adalah sekian, tetapi kalau tambah B hasilnya double misalnya gitu. Nah itu bisa buat pembelajaran. Terukur ini bisa jadi bukti apa anda membuat kemajuan menuju tujuannya," ujarnya.

Dia melanjutkan, poin achievable atau tujuan tersebut bisa dilaksanakan menjadi strategi yang diperlukan. Kemudian, bisnis digital harus relevan dan terakhir dapat dilaksanakan dalam waktu yang jelas atau time-based.

Senada, Ketua Asosiasi Cloud dan Hosting Indonesia (ACHI) Rendy Maulana Akbar mengatakan saat ini konsep dasar yang dikuasai pelaku bisnis mayoritas masih rendah sehingga teknologi otomatisasi seperti kecerdasan buatan, mahadata, internet untuk segala, dan komputasi awan lebih mendesak untuk disosialisasikan, tetapi belum untuk tahap adopsi.

“Masih terlalu jauh berbicara big data atau AI, konsep dasar yang kita kuasai masih terlalu rendah, otomatisasi bisa dianggap membunuh padat karya, dan mesin bisa mengurangi peluang orang untuk bekerja, di mana bonus demografi untuk kita masih menjadi hambatan karena kualitas SDM yang kita miliki masih sebatas menguasai judul sebuah topik saja, belum mengenal kulit dari materi dan jauh dari penguasaan materi,” katanya.

Dia mengatakan proses berkelanjutan menjadi jawaban yang tepat, di mana SDM digital secara merata masih dapat di edukasi secara efektif sehingga penggunaan TIK dalam konteks bisnis dapat dilakukan oleh antarprovinsi secara masif ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper