Bisnis.com, JAKARTA - Akses pendanaan yang terjangkau di seluruh daerah jadi kunci pertumbuhan perusahaan rintisan atau startup yang merata di seluruh Indonesia.
Namun demikian, Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (AMVESINDO) menilai mayoritas startup masih berdomisili di Pulau Jawa, khususnya Jabodetabek.
William Gozali, Wakil Ketua I AMVESINDO, menjelaskan padahal pertumbuhan startup di Indonesia terus menunjukkan tren yang positif dengan jumlah mencapai 2.219 perusahaan hingga awal 2021 menurut catatan Startup Ranking.
"Selain itu, semakin banyak inovator lokal dengan ide dan inovasi menarik yang muncul beberapa tahun terakhir, antara lain startup teknologi akuakultur E-Fishery asal Jawa Barat, layanan kesehatan mental on-demand Riliv asal Surabaya, dan aplikasi pengelolaan sampah Gringgo asal Bali," jelasnya, Selasa (16/3/2021).
Adapun, ekosistem startup daerah sebetulnya mulai terbantu dengan adanya perusahaan modal ventura daerah (PMVD). Sayangnya, sorotan dan perhatian pada PMVD dan startup di daerah lebih minim ketimbang di kota-kota besar.
Oleh sebab itu, AMVESINDO menilai perlu adanya titik temu antara kebutuhan dan kemampuan keduanya agar tercapai kemitraan investasi yang solid, asosiasi berupaya memfasilitasi baik startup dan PMV agar saling menemukan dan sama-sama berkembang.
"Minimnya network ke investor memang masih jadi masalah utama yang dihadapi startup daerah. Kami berharap semakin banyak startup daerah yang berani pitching [presentasi] seperti startup di kota-kota besar. Semakin tinggi jam terbang lewat ikut kompetisi, demo, workshop, inkubator, maka akan semakin mempertajam pemahaman startup dengan bisnis mereka sendiri," tambahnya.
Ajang tersebut akan bertajuk 'AMVESINDO Pitching Days 2021' pada Maret sampai April 2021. Ajang ini diharapkan dapat mempertemukan inovator lokal dengan investor, masing-masing dari berbagai skala, sektor bisnis, dan domisili.
Startup yang mengikuti ajang ini pun berkesempatan terekspos dengan lebih dari 70 PMV, PMVD, dan VC Tech yang merupakan anggota AMVESINDO, yang tentunya resmi dan langsung di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Selain itu, menurut data Tech in Asia, sepanjang 2020, pendanaan paling banyak diberikan untuk startup tahap awal. Tingginya permintaan pendanaan tahap awal beriringan dengan banyaknya startup baru yang lahir.
Selaras dengan temuan tersebut, AMVESINDO turut mendorong agar tren pendanaan tahap awal ini terus berlangsung, dan lewat ajang ini, startup pun yang mencari pendanaan tahap awal, mulai dari pra-series hingga seri A.
"Tahap awal adalah tahap yang krusial bagi startup, karena di tahap ini, startup tidak hanya membutuhkan dana untuk pengembangan produk dan set up sistem saja, tetapi juga butuh peran mentoring dari investor, bagaimana menerapkan mitigasi risiko dan menentukan strategi revenue yang tepat. Sayang sekali apabila ide-ide produk atau bisnis yang menarik tidak mampu bertahan karena founders mengambil langkah yang tidak tepat," ujar William.
Menurut AMVESINDO, selain akses pendanaan, startup daerah juga rentan mengalami tantangan sustainability bisnis karena minimnya support system untuk perkembangan bisnis mereka. Oleh sebab itu, inovator dan investor daerah didorong sanggup tumbuh bersama lewat acara ini.
Mengusung semangat inklusivitas, ajang ini digelar untuk memberikan kesempatan para investor dan startup lokal untuk bertemu, dan untuk menemukan inovator-inovator terbaik yang tidak hanya ada di kota-kota besar, namun juga di seluruh daerah di Indonesia.
Dari sisi investor daerah, Ketua Bidang Keanggotaan AMVESINDO Rimawan Yasin mengungkapkan ini saatnya PMVD beranjak dari zona nyaman dengan menjajal beragam vertikal bisnis baru yang lebih menantang.
"Hampir 90 persen PMVD masih terbiasa dengan pembiayaan produktif yang disalurkan ke sektor riil. Salah satu penyebabnya karena masih kurang eksplorasi dan kurang berani bermain pada sektor lain yang lebih beragam. Lewat ajang ini kami harapkan, PMVD bisa mulai memperluas portofolio investasi dengan menggarap sektor lain seperti sektor ekonomi kreatif atau teknologi dari para inovator di daerah," ujar Rimawan.
Saat ini, perusahaan modal ventura daerah (PMVD) hadir di berbagai wilayah, seperti Sumatra, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, hingga Maluku, dan sudah menjadi anggota AMVESINDO.
Menurut Rimawan, pendekatan PMVD kepada calon investee di daerah juga umumnya masih konvensional, serupa dengan Bank, dimana penilaian PMVD berbasis laporan proyeksi (projection report) dan verifikasi SLIK OJK (Sistem Layanan Informasi Keuangan) pada pengurus dan pemilik perusahaan.
Berbeda dengan indikator penilaian PMV dan VC Tech yang mengambil prioritas penilaian mulai dari profil founder, kualifikasi produk, hingga proyeksi keuangan.
Adapun, bagi startup yang berminat, pendaftaran dan tata cara mengikuti AMVESINDO Pitching Days 2021 dapat diakses melalui website di bit.ly/AMVESINDOPitchingDays2021.
AMVESINDO berharapa, acara ini menjadi langkah proaktif untuk mempercepat pertumbuhan startup dan modal ventura di Indonesia, dan mendukung pertumbuhan ekonomi daerah di Indonesia.