Atsindo: Tiap Provinsi Punya Kebutuhan TIK yang Berbeda

Akbar Evandio
Selasa, 16 Maret 2021 | 19:38 WIB
Ilustrasi transformasi digital/Flickr
Ilustrasi transformasi digital/Flickr
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Umum Asosiasi Startup Teknologi Indonesia (Atsindo) Handito Joewono mengatakan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dinilai akan diterapkan secara berbeda oleh pelaku bisnis antarprovisi. Sebab, kebutuhan utama adalah pelayanan pelanggan.

Menurutnya, tidak selalu pelaku bisnis menggunakan TIK dengan maksimal. Ada beberapa pihak yang merasa penggunaan TIK secara mendalam tidak urgen, sebab perbedaan gaya konsumen di setiap provinsi.

Sekadar catatan, Laporan East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2021 menunjukkan, daya saing digital antarprovinsi di Indonesia makin merata yang terlihat dari skor median indeks meningkat dari 27,9 pada 2020 menjadi 32,1 tahun ini.

Namun, laporan tersebut masih mencatatkan adanya kesenjangan skor dari sisi output Kewirausahaan dan Produktivitas antarprovinsi. Skor terendah untuk pilar ini pada EV-DCI 2021 dipegang oleh Papua (0,28). Adapun, untuk skor tertinggi di pilar ini masih dipegang diperoleh DKI Jakarta, meningkat dari 88,2 ke 100 antara 2020—2021.

Skor 100 berarti bahwa Jakarta mendapat skor tertinggi untuk semua indikator yang membentuk pilar ini, seperti rasio penduduk yang menggunakan internet untuk berbagai kebutuhan, baik bekerja, berkomunikasi, promosi dan berjualan daring, serta volume transaksi uang elektronik dan pinjaman fintech.

Kenaikan pesat skor DKI Jakarta ini membuat jarak antara skor tertinggi dan skor terendah semakin timpang, meningkat dari 88,4 menjadi 99,7.

Kendati secara umum terjadi perbaikan pada pilar Perekonomian, tetapi adanya ketimpangan yang sangat tinggi pada pilar ini memperlihatkan bahwa terdapat potensi besar, seperti penggunaan TIK yang belum dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pelaku bisnis.

“Pebisnis itu fokusnya melayani kebutuhan pelanggan. Itu yang terjadi di Papua atau daerah lain yang tingkat penggunaan internet untuk bisnis masih relatif kecil. Bukan berarti pelaku usahanya gaptek, mereka sudah mengadopsi teknologi sebenarnya,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (16/3/2021).

Lebih lanjut, dia menjelaskan khusus Papua, asosiasi melalui Sekolah Ekspor sempat menghadirkan program UKM Go Digital Go Ritel Go Ekspor sehingga hingga saat ini masih memonitor perkembangannya.

Handito menceritakan bahwa para pelaku bisnis di Papua sama dengan yang di daerah lain di mana telah banyak pelaku bisnis yang terbiasa memanfaatkan TIK, salah satunya untuk transaksi ekspor.

“Intinya, penggunaan TIK di berbagai daerah akan bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan bisnisnya. Banyak pelaku usaha merasa cukup dengan menggunakan sosial media yang di dalamnya sudah mencangkup komputasi awan, AI, dan lainnya. Bisa jadi, yang bersangkutan juga tidak sadar apa itu AI dan bagaimana cara kerjanya, dan itu tidak apa-apa,” katanya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper