Bisnis.com, JAKARTA – Tren belanja kotak jarahan (loot boxes/gacha) dalam gim mobile dinilai akan memberikan dampak positif bagi permintaan voucer gim di platform dompet digital.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan industri gim merupakan wadah yang sangat terkait dengan industri pembayaran, baik melalui dompet digital ataupun uang elektronik lainnya.
“Penyebabnya, industri gim menawarkan jual beli konten dalam gim dalam bentuk voucer. Maka semakin berkembang industri gim maka penggunaan uang elektronik juga akan makin tinggi. Bisa jadi peluang bagi platform dompet digital di Indonesia,” katanya saat dihubungi Bisnis, Senin (15/3/2021).
Menurutnya, strategi yang bisa dilakukan para pemain dompet digital adalah memperbanyak jaringan di lokapasar dan penjual voucer gim konvensional ataupun komponen lainnya.
“Banyak juga tuh komponen-komponen yang dijual belikan di lokapasar daring, baik yang umum ataupun khusus gim. Kedua, mereka membuat edisi spesial gim tersebut untuk menarik pengguna guna menggunakan dompet digital,” katanya.
Dia pun optimis, melalui strategi tersebut tahun ini permintaan pembelian voucer gim masih memberikan dampak positif, yakni dengan peningkatan yang mencapai 35—40 persen pada platform dompet digital.
Namun, Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang mengatakan pertumbuhan permintaan voucer gim hanya akan berkisar 11—19 persen pertumbuhannya. Sebab, lambat laun para pengguna akan meninggalkan tren gacha ini.
Adapun, dia mengamini bahwa kolaborasi saat ini dengan para pemain lokal dan pelaku voucer konvensional menjadi langkah tepat untuk mengambil peluang emas pasar yang tersedia dari voucer gim.
“Paling penting adalah para pemain dompet digital meningkatkan kolaborasi dengan para pemain mobile gim agar memudahkan pembeliaan voucer. Selagi potensi penjualan masih tinggi,” ujar Dianta.
Menurut laporan dari Juniper Research konsep gacha di Indonesia diprediksi akan mendatangkan pendapatan sebesar US$20,3 miliar (sekitar Rp287 triliun) sampai 2025.
Selain itu, laporan tersebut menyebutkan bahwa 230 juta pemain —sekitar 5 persen dari total pemain global— tengah menggandrungi membeli judi gacha, yang sebagian besar hadir di platform mobile gim.
Studi dari Juniper Research tadi juga memperkirakan gacha menyumbangkan pendapatan sebesar US$ 15 miliar pada 2020, dengan peningkatan rerata sebesar 5 persen per tahunnya.