Bisnis.com, JAKARTA – Digitalisasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dinilai dapat terakselerasi dengan peran platform dagang elektronik sebagai katalisatornya.
Namun, Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan peran e-commerce tidak terbatas sebagai wadah UMKM untuk berniaga, melainkan perlu memberikan langkah strategis menjadi nilai tambah agar UMKM go digital lebih cepat untuk direalisasikan
“Fokus ke bagian hilir saja tidak cukup. Perlu langkah lebih besar dan sabar untuk menumbuh kembangkan sektor hulu, dan hal ini perlu peran multi stakeholders tidak bisa jalan sendiri,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Senin (8/3/2021)
Menurutnya, untuk mendorong UMKM untuk lebih sigap mengadopsi digital membutuhkan level asosiasi dengan turun tangan memberikan langkah dan kontribusi yang jelas dari masing-masing pihak.
“Dalam konteks pangsa pasar hulu tidak ada istilah winner takes all. Pangsa pasar dan sektor begitu besar sehingga diyakinkan setiap pemain bisa mendapatkan porsinya secara signifikan,” katanya.
Ketua Umum Asosiasi Startup Teknologi Indonesia (Atsindo) Handito Joewono menambahkan UMKM perlu dibekali tidak hanya cara onboarding di lokapasar, tetapi bagaimana cara mengoptimalkan langkah tersebut. Dia menilai perlu ada pendampingan yang berkelanjutan.
“Optimalisasi tersebut tidak hanya bagaimana cara promosi atau memanfaatkan lokapasar, tetapi juga pengembangan produk dan kemasan baru serta peluang pembayaran in advanced,” katanya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Cloud dan Hosting Indonesia (ACHI) Rendy Maulana Akbar mengatakan UMKM digital tidak hanya berbicara produk mereka hadir di lokapasar atau platform dagang-el, melainkan kesiapan mereka untuk menggunakan teknologi sebagai senjata untuk mengekspansi bisnisnya.
“Strategi yang tepat sebenernya membuat UKM siap dulu terhadap teknologi dan marketing, jadi UKM tidak dijerumuskan ke dalam perang harga di e-commerce. Mereka seharusnya punya brand agar dikenal, dan jualannya tidak hanya berlomba murah-murahan, tetapi bagus-bagusan kualitas,” ujarnya
Menurutnya, untuk mewujudkan niat tersebut tekniknya sederhana. UMKM harus mau belajar bahwa teknologi bisa menjadi pisau bermata dua bagi mereka.
Dia melanjutkan hal ini karena di satu sisi teknologi bisa membantu ukm untuk berjualan, tetapi di sisi lain bisa mematikan bila tidak siap dengan kedatangan barang dari luar negeri atau barang palsu dari Indonesia sendiri.
“Jadi intinya UKM harus mengenal branding, mau hire desainer untuk buat kemasan bagus, dan mau belajar untuk memasarkan di internet tanpa melalui marketplace. Coba untuk membuat website dengan nama domain sendiri sebagai website resmi,” kata Rendy.
Berdasarkan studi Lazada per Februari 2021 mencatatkan ada sebanyak 87 persen UMKM di Indonesia belum terdigitalisasi.
Selain itu, riset dari International Data Corporation (IDC) dan Cisco menunjukkan digitalisasi UMKM dapat meningkatkan pendapatan negara. Produk Domestik Bruto (PDB) diprediksi bisa bertambah US$160 miliar—US$164 miliar (Rp2.372,6 triliun—Rp2.432 triliun) pada 2024.