Bisnis.com, JAKARTA – Traveloka perlu dinilai perlu mengukur rencana untuk melantai di bursa Amerika Serikat (AS) dengan skema special purpose acquisition company (SPAC).
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan pilihan untuk melantai di AS memang lebih cepat dibandingkan dengan di Indonesia dan saat ini merupakan langkah tepat.
Pasalnya, dia menilai peraturan di Indonesia masih lebih ketat dan belum berpengalaman dalam melistingkan perusahaan digital sehingga proses melantai akan lebih cepat bila dilakukan di sana. Tetapi, Huda khawatir Traveloka akan dihadapkan dengan tantangan lainnya, yaitu menjaga nilai saham.
“Saya khawatirkan bukan cepat atau tidaknya dalam melantai di bursa, tetapi menjaga nilai saham agar makin meningkat. Beberapa perusahaan digital terbukti gagal setelah IPO. Harga hanya akan tinggi di awal selebihnya jeblok. Contohnya, Weworks, Lyft, dan lainnya jeblok setelah melantai di bursa saham. Jika, mereka [Traveloka] jeblok di AS, maka di Indonesia akan lebih lama lagi proses IPO-nya,” katanya saat dihubungi Bisnis, Selasa (15/2/2021).
Lebih lanjut, dia menjelaskan SPAC memiliki proses seperti mendirikan perusahaan baru untuk IPO dan uang hasil IPO dapat digunakan oleh perusahaan pembuatnya.
“Sebenarnya memang lebih mudah jika untuk membuat perusahaan IPO dibandingkan me-listing perusahaan yang sudah ada. Namun, saya tidak terlalu signifikan perbedaan soal keuntungan. Jadi, sama saja sebenarnya. Menggunakan atas nama Traveloka atau perusahaan baru karena kinerjanya akan dilihat sebagai basis penilaian investor,” ujar Huda.
Dikutip melalui Bloomberg, CEO dan salah satu pendiri Traveloka Ferry Unardi menilai penggunaan skema SPAC sangat efisien. Pasalnya, jika perusahaan melantai di bursa Amerika Serikat (AS) lebih cepat, maka mereka dapat segera melakukan IPO di Indonesia.
“SPAC efisien karena jika kami dapat melakukannya lebih cepat, kami kemudian dapat fokus pada eksekusi dan mengembangkan perusahaan. Traveloka dapat mempertimbangkan untuk mendaftar di Indonesia pada tahap selanjutnya,” katanya seperti dikutip Bisnis, Selasa (16/2/2021).