Bisnis.com, JAKARTA - Keamanan data pribadi menjadi topik yang hangat dibicarakan. Hal itu terjadi setelah ada perubahan kebijakan privasi WhatsApp yang membuatnya ditinggalkan atau di-uninstall oleh penggunanya.
Bukan itu saja, penjualan data yang dilakukan pihak ketiga dari aplikasi Muslim Pro yang diduga dijual pada angkatan militer Amerika Serikat juga membuat banyak orang takut.
Menjaga privasi data di era digital menjadi pembahasan yang sensitif dan penting untuk diketahui oleh masyarakat. Buku berjudul Linking Sensitive Data kemudian bisa dijadikan referensi terkait hal tersebut.
Dikutip dari laman The Australian National University (ANU) pada Kamis (14/1/2021), para peneliti menguraikan bagaimana meningkatkan cara untuk berbagi data sensitif dan menjaga privasi orang.
Profesor Peter Christen, salah satu penulis, mengungkapkan meningkatkan cara membagikan data ini dapat membantu mengatasi masalah kompleks di berbagai bidang seperti perawatan kesehatan dan keamanan nasional.
Menurutnya, saat menautkan data sensitif dari berbagai sumber menjadi semakin biasa. Maka dari itu privasi perlu menjadi prioritas utama.
"Misalnya, menghubungkan catatan medis pribadi dengan data perjalanan dan imigrasi telah membantu negara-negara seperti Taiwan untuk menangani wabah Covid-19," kata Profesor Christen dikutip pada Kamis (14/1/2021).
Profesor Christen juga menungkapkan bahwa penemuan tentang cara menghubungkan data yang baru ini juga dapat membantu mencegah terulangnya beberapa kesalahan yang dibuat selama program "robodebt" pemerintah Australia.
Dia mengungkapkan peneliti di ANU telang mengembangkan teknik baru yang melindungi informasi pengenal pribadi seperti nama, alamat, dan tanggal lahir agar tidak terungkap.
Teknik tersebut menggunakan metode penyandian dan enkripsi yang serupa untuk mengamankan internet banking ungkap Christen.
Temuan ini kemudian diterbitkan dalam buku berjudul Linking Sensitive Data karya Peter Christen dan Thilia Ranbaduge dari ANU, bersama dengan rekan mereka Rainer Schnell dari Universitas Duisburg-Essen di Jerman.
"Harapan kami, buku ini membuat orang lebih sadar akan masalah dan tantangan yang terlihat saat menghubungkan data sensitif, serta menyoroti potensi manfaat bagi masyarakat," ungkap Christen.