Bisnis.com, JAKARTA – Kehadiran teknologi 5G diyakini tidak serta merta mengubah peta persaingan perebutan pelanggan. Kebutuhan dan pemanfaatan 5G yang masih belum jelas menjadi penyebabnya.
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi memperkirakan peta persaingan perebutan pelanggan 5G di tahun-tahun awal belum akan terasa.
Teknologi baru, menurutnya, akan menjadi faktor kompetisi setelah 2 tahunan diadopsi atau setelah aplikasi andalan (killer applications) teknologi 5G mulai terlihat di Tanah Air.
“Waktu 3G kan killer application-nya media sosial dan Blackberry. Waktu 4G killer applications video on demand [VoD]. Ketika orang membutuhkan internet yang lebih cepat dari sekarang, maka 5G akan dicari,” kata Heru kepada Bisnis, Sabtu (26/12).
Heru berpendapat ke depan layanan video berbasis permintaan dan perangkat yang digerakan oleh internet (Internet of Things/IoT) berpotensi menjadi aplikasi andalan untuk 5G.
Sejumlah perangkat di beberapa industri – seperti manukfaktur, perbankan, hingga pertanian – dapat menggunakan IoT yang digerakan oleh 5G, mengingat salah satu karakter 5G yang tidak dimiliki 4G adalah pengoperasian IoT secara masif.
Adapun untuk menerapkan masif IoT dengan 5G dan mendorong transformasi dari perangkat non-internet ke internet membutuhkan investasi besar.
5G yang rencananya akan menggunakan 2,3 GHz, kata Heru, juga belum memiliki ekosistem yang baik. Hal ini akan berdampak pada harga perangkat dan interoperabilitas 5G.
“Kalau kita memilih menggunakan alokasi frekuensi yang banyak dipakai di dunia, maka harga jadi ekonomis. Kalau tidak, akan mahal,” kata Heru.
Adapun persaingan perebutan pelanggan dengan teknologi yang telah ada, kata Heru, ke depan juga akan makin sulit. Pengguna baru, sudah hampir tidak tumbuh sehingga yang terjadi adalah merebut pelanggan dari operator lain.
“Bilamana pandemi panjang, operator telekomunikasi tetap akan bisa mengambil keuntungan sebenarnya karena kan work from home, school from home dan sell/buy from home juga akan masih berlangsung,” kata Heru.
Sekadar catatan, hingga kuartal III/2020, operator seluler mencatatkan pertumbuhan pelanggan cukup signifikan dibandingkan dengan kuartal II/2020, salah satu penyebabnya terdorong aktivitas pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Telkomsel, Indosat dan XL Axiata pada kuartal III/2020 masing-masing mencatatkan jumlah pelanggan sebanyak 170 juta, 60 juta dan 56,8 juta. Sementara Tri dan Smartfren masing-masing sebesar 38 juta dan 29 juta.