Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengklaim bahwa banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi di LinkAja. Adapun, diperkirakan LinkAja akan mendapat sekitar US$60 juta atau setara dengan Rp847,8 miliar pada seri pendanaan nanti.
Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo mengatakan investor sangat antusias untuk berinvestasi di LinkAja.
Dia menilai terdapat dua faktor yang membuat investor ingin berinvestasi di LinkAja. Pertama, untuk membuka ekosistem agar bisa masuk ke ekosistem BUMN. Kedua, modernisasi perusahaan modal ventura BUMN –MDI Ventures, BRI Ventures dan Mandiri Capital Indonesia – menjadi sebuah perusahaan yang lebih ‘muda’ dan dikelola oleh profesional.
“Masuk ke ekosistem BUMN kan tidak mudah, kalau bekerja sama dengan ekosistem BUMN maka otomatis akan masuk ke ekosistem BUMN seperti transportasi, logistik, pembayaran bantuan sosial dan lain sebagainya,” kata Kartika dalam acara Money Talks, Rabu (25/11/2020).
Adapun mengenai target nilai pendanaan yang coba dihimpun dari para investor, Kartika mengaku belum mengetahui secara pasti, tetapi diperkirakan sekitar US$50 juta – US$60 juta.
“Setahu saya yang di Seri ini kami targetkan sekitar US$50 juta – US$60 juta,” kata Kartika.
Sekadar catatan, pada awal November 2020, LinkAja mendapatkan suntikan dana senilai US$100 juta, yang dipimpin oleh Grab, bersama dengan Telkomsel, BRI Ventura Investama, dan Mandiri Capital Indonesia. Pendanaan Seri B yang berhasil diperoleh tersebut digunakan untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis.
LinkAja hadir di Indonesia pada 30 Juni 2019. LinkAja merupakan uang elektronik hasil sinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Saat ini LinkAja telah memiliki lebih dari 58 juta pengguna terdaftar, dengan lebih dari 80 persen penggunanya berasal dari kota-kota tier 2 dan 3 di Indonesia.