Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi menilai perlu waktu hingga 7 tahun untuk bisa menstabilkan kebutuhan terhadap talenta digital di bidang keamanan siber.
Ketua Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) Ardi Sutedja mengatakan bahwa urgensi talenta digital di bidang keamanan siber menjadi krusial mengingat eratnya hubungan masyarakat dengan ruang digital selama pandemi Covid-19.
“Bukan hal yang baru, di industri siber sekuriti nasional itu perlu per tahun sekitar 10.000 entry level engineer, entry level analyst, dan sebagainya. Kita perlu waktu kurang lebih 5—7 tahun untuk bisa menstabilkan SDM keamanan siber nasional, dan sekaligus menyiapkan ekosistem bagi potensi industri keamanan nasional,” katanya saat dihubungi Bisnis, Rabu (4/11/2020).
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa angkanya konservatif yang tidak hanya mencakup kebutuhan di industri, tetapi juga di pemerintah pusat, daerah, BUMN, BUMD, dan sektor lainnya.
Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo), Edward Ismawan Chamdani melihat bahwa dari sisi ekonomi implikasi talenta digital bagi perekonomian di Tanah Air, khususnya perusahaan rintisan sangat potensial.
“Khusus untuk [talenta digital] ini, karena pangsa pasar sangat besar yang berarti mengaca ke permintaan dan penawaran, bisa jadi jasa siber makin mahal juga, peluang bagi startup untuk membuat terobosan agar operasional terkait keamanan siber yang lebih aman dan efisien makin dibutuhkan juga,” katanya.
Dari sisi pemerintah, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate mengatakan bahwa dalam mendorong percepatan digital, pemerintah memiliki program yang mengakselerasi sumber daya manusia (SDM) untuk kebutuhan digital berdasarkan tiga kluster.
"Kominfo sudah mencanangkan 3 level pembangunan SDM, yaitu basic digital skill, intermediate digital skill dan advance digital skill," ujarnya lewat diskusi virtual bersama Bisnis, Rabu (4/11/2020).
Dia menjelaskan bahwa Basic Digital Skill merupakan program literasi digital, sedangkan Intermediate Digital Skill akan berkaitan dengan talenta digital dari sisi teknis. Sebaliknya, Advance Digital Skill ditujukan bagi pemimpin perusahaan ataupun kementerian/lembaga.
Johnny mengatakan Indonesia membutuhkan 9 juta talenta digital dalam 15 tahun, sehingga dibutuhkan rata-rata sekitar 600.000 talenta digital setiap tahun.
Dia menjelaskan bahwa dalam kaitannya dengan kebutuhan industri ke depan program tersebut diharapkan memberikan output talenta yang bisa mengisi ruang akan kebutuhan SDM yang berfokus pada sisi teknologi di industri.