Peretasan Data Makin Marak, Talenta Digital Jadi Urgensi

Akbar Evandio
Rabu, 4 November 2020 | 19:32 WIB
Ilustrasi hacker
Ilustrasi hacker
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Talenta digital dinilai menjadi salah satu kunci untuk meminimalisir potensi serangan siber di Tanah Air. 

Cybersecurity Expert and CSO at InSights, Etay Maor mengatakan bahwa terdapat beberapa hal yang terjadi pada lanskap serangan siber di Asia. Salah satunya adalah masih minimnya pakar atau ahli keamanan digital.

“Ada kelemahan kita kekurangan ahli-ahli keamanan, yang bisa memberikan masukan akan bahaya yang terjadi berada di level mana dan membutuhkan penanganan seperti apa,” ujarnya melalui diskusi virtual, Rabu (4/11/2020).

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa sektor industri yang makin berkaitan dengan digital, serta Indonesia yang menghasilkan pendapatan melalui bisnis digital menjadi alasan pelaku serangan siber meningkat di lanskap Indonesia.

Chairman Lembaga Riset Siber Indonesia Communication and Information System Security Research Center (CISSReC), Pratama Persada pun mengatakan bahwa ada tiga penyebab terjadinya pelanggaran data.

Tiga penyebab tersebut yaitu kesalahan manusia sebagai user, kesalahan sistem, dan serangan malware sekaligus peretas.

Namun, dia menilai bahwa faktor kesalahan manusia ini meningkat selama pandemi Covid-19. Salah satunya karena kebijakan belajar dan bekerja di rumah.

Menurutnya, pada prinsipnya negara harus mengetahui bahwa kebutuhan akan talenta digital yang memahami akan keamanan data menjadi urgensi.

“Menurut Google pada 2022, nilai ekonomi digital Indonesia bisa menembus US$100 miliar. Angka ini luar biasa dan terbesar di Asia Tenggara. Masalahnya angka sebesar ini siapa yang akan menikmati. Artinya dari sisi SDM dan pengembangan ekonomi digital ini sangat penting,” ujarnya.

Pakar keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya mengamini bahwa kebutuhan talenta digital yang ahli pada bidang keamanan siber menjadi urgensi. Tetapi, pekerjaan rumah saat ini adalah menyesuaikan kurikulum sesuai dengan kebutuhan pasar.

“Kalau semua cuma diajari basic programming, pakai Windows, Linux lalu merasa sudah cukup yah tidak akan siap, seharusnya mahasiswa juga mulai diberikan spesialisasi sesuai dengan tuntutan pasar,” katanya.

Di lain pihak, Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang mengatakan bahwa saat ini tidak mudah untuk mengakselerasi SDM digital untuk memahami keamanan data dalam waktu singkat.

“Dibutuhkan proses yang panjang, minimal 6 tahun agar kita punya talenta lokal yang handal,” katanya.

Dia memperkirakan Indonesia membutuhkan setidaknya 8-10 juta tenaga kerja yang kuat di bidang digital pada 2021.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper