Penerapan 5G Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi Nasional 2030

Rezha Hadyan
Kamis, 24 September 2020 | 19:08 WIB
Ilustrasi teknologi 5G./REUTERS-Yves Herman
Ilustrasi teknologi 5G./REUTERS-Yves Herman
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Penerapan 5G menjadi kunci untuk meningkatkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia sepuluh tahun mendatang.

Menurut studi yang dilakukan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) bertajuk "Unlocking 5G Benefits for the Digital Economy Indonesia", penerapan teknologi tersebut akan mendongkrak produktivitas sekaligus membuka lebih banyak lapangan kerja baru hingga 2030.

Konsultan PT. Lembaga Afiliasi Penelitian Indonesia (LAPI) ITB Ivan Samuels mengatakan penerapan 5G di Indonesia berpotensi meningkatkan PDB secara kumulatif dari 2021-2030 hingga 9,5% atau senilai Rp2.874 triliun.

Selain itu penerapan 5G juga berpeluang menciptakan hingga 5,1 juta lapangan kerja baru dan meningkatkan produktivitas per kapita sampai dengan Rp11 juta dalam periode yang sama.

Namun, Ivan menyebut kemungkinan tersebut dapat terjadi apabila penerapan 5G dilakukan secara agresif oleh pemerintah.

"Analisis penilaian dampak kami berdasarkan dua skenario, skenario dasar berdasarkan asumsi bahwa spektrum 5G kunci dapat dirilis dari 2021 hingga 2023 dan skenario agresif yang mengasumsikan bahwa seluruh spektrum 5G dapat tersedia pada akhir tahun 2021," ujarnya dalam sebuah webinar yang digelar pada Kamis (24/9/2020).

Lebih lanjut, menurut Ivan penerapan 5G secara masif di seluruh wilayah Indonesia harus menghadapi banyak tantangan. Baik tantangan yang dihadapi oleh pemerintah maupun pelaku industri telekomunikasi.

Tantangan yang dimaksud mulai dari kebijakan yang belum sepenuhnya mendukung implementasi 5G secara masif, infrastruktur pendukung yang belum memadai, tidak adanya standardisasi yang jelas, hingga masalah klasik pendanaan.

"Masih tidak tersedia spektrum rendah, menengah, dan tinggi juga jadi tantangan pengembangan 5G di Indonesia," ungkap Ivan.

Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI) Kemenenterian Komunikasi dan Informatika Ismail tak menampik bahwa tantangan yang harus dihadapi untuk mengimplementasikan 5G secara masif di Tanah Air tidak sedikit.

Salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah infrastruktur pendukung berupa jaringan fiber optik yang belum merata penyebarannya. Tanpa adanya jaringan fiber optik yang merata implementasi 5G di Indonesia tidak akan memberikan manfaat secara maksimal.

"Fiberisasi harus ditingkatkan, kami tidak ingin nanti 5G diimplementasikan tapi obstacle masih banyak sehingga fitur-fiturnya tidak bisa dimanfaatkan dengan baik," katanya.

Ismail juga mengungkapkan bahwa pemerintah tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama pada implementasi 4G beberapa tahun lalu. Dia mengaku bahwa 4G yang ada di Indonesia tak mampu memberikan kecepatan seperti jaringan yang sama di negara-negara maju.

"4G rasa 3G, karena banyak obstacle. Di layar saja tandanya 4G tapi kecepatan biasa-biasa saja. Kita tidak merasakan speed 4G yang sebenarnya. Kita tidak mau mengulang kesalahan yang sama," pungkasnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rezha Hadyan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper