Bisnis.com, JAKARTA--Tren kerja jarak jauh atau kerja fleksibel terus bertumbuh selama beberapa tahun terakhir. Kehadiran pandemi Covid-19, membuat kerja jarak jauh kian menjadi pilihan sehingga perusahaan harus menyesuaikan diri terhadap perubahan.
Kerja jarak jauh memungkinkan karyawan lebih leluasa untuk bekerja di mana dan kapan saja, sekaligus memungkinkan karyawan untuk menyeimbangkan kehidupan pribadi dan kerja. Global Workplace Analytics memperkirakan pekerjaan jarak jauh naik dari 3,6 persen pada sebelum pandemi menjadi hingga 30 persen pada akhir 2021.
Iman Muhammad, Head of Applications Oracle Indonesia, mengatakan keadaan krisis saat ini telah membuktikan perusahaan dapat menjalankan sistem kerja jarak jauh. Bagian dumber daya manusia (SDM) akan menjadi divisi penting untuk menangani penerapan cara-cara kerja yang baru ini.
Menurutnya, terdapat beberapa pertanyaan penting yang perlu menjadi pertimbangan pimpinan SDM ke depan.
Pertama, Apa peran bekerja jarak jauh? Bagaimana mereka bisa terus beroperasi dari jarak jauh? Bagaimana kita mengukur kesuksesan? Bagaimana kami mendukung karyawan yang bekerja dari jarak jauh? Bagaimana cara mengumpulkan umpan balik dan memonitor perkembangan?
Kedua, bentuk organisasi seperti apa jika ingin melanjutkan kerja jarak jauh? Apa kriteria untuk menentukan bahwa peran dapat dilakukan dari jarak jauh?
Ketiga, bagaimana bekerja jarak jauh akan mempengaruhi total biaya kepemilikan tenaga kerja? Akankah ada kemungkinan bisnis berpotensi positif atau negatif?
Keempat, sejauh mana perubahan pekerjaan jarak jauh terjadi? Kelima, pemberdayaan seperti apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi perubahan sekaligus meraih kesuksesan? Bagaimana harusnya bersikap terhadap perubahan?
Keenam, bagaimana pengaturan organisasi baru akan berdampak pada desain organisasi? Bagaimana kita memengaruhi perencanaan keuangan dan sumber daya?
Iman berpendapat SDM akan menjadi ‘jantung’ perencanaan organisasi dan manajemen perubahan. SDM juga bekerja sama dengan divisi keuangan untuk melakukan pelatihan, baik dalam hal akuisisi, penjualan, usaha bisnis baru atau perubahan organisasi.
Dampak Pekerjaan Jarak Jauh
Sejalan dengan tren peningkatan pekerjaan jarak jauh, katanya, pemimpin SDM perlu meninjau beberapa kebijakan dan praktik SDM untuk mendukung situasi normal baru ini. Beberapa kebijakan yang ditinjau kembali itu antara lain:
1. Syarat dan ketentuan. Apakah syarat dan ketentuan pada kontrak karyawan akan dipengaruhi oleh perubahan lokasi kerja. Jika demikian, bagaimana perubahan dan komunikasi dikelola?
2. Pembayaran dan tunjangan. Apakah kebijakan dan kerangka pembayaran dan tunjangan saat ini memungkinkan bekerja dengan jarak jauh?
3. Pengembangan pelatihan dan pembelajaran. Bagaimana staf akan menerima pembelajaran dan pelatihan pengembangan keterampilan dari jarak jauh dan secara digital?
4. Kesehatan dan keselamatan. Apakah karyawan bekerja dengan aman- kebijakan baru yang mengatur pekerjaan rumah dan faktor lingkungan.
5. Penggajian, cuti, manajemen absensi, dan layanan SDM operasional lainnya. Bagaimana staf diberikan layanan SDM ketika mereka bekerja dari jarak jauh?
6. Kesejahteraan. Staf yang bekerja dari jarak jauh harus dapat mengakses semua layanan kesejahteraan. Dalam beberapa kasus, karena lokasi pekerjaan mereka, mungkin membutuhkan lebih banyak dukungan kesejahteraan daripada staf berbasis di kantor.
7. Keterlibatan karyawan. Bagaimana kita bisa tetap terhubung dengan karyawan kita? Bagaimana kita mempertahankan budaya dan kepatuhan? Bagaimana karyawan mendapatkan wawasan tentang perubahan dan peluang organisasi?
8. Informasi manajemen. Kemungkinan peran manajer juga dapat menjadi subjek bekerja yang tangkas. Dan untuk mengelola tim mereka secara efektif, akses ke semua informasi akan diperlukan.
Untuk menghasilkan kebijakan yang relevan, analisis kerja jarak jauh bakal melibatkan sangat banyak data dan meakan waktu. Mengelola data dapat menjadi sangat rumit jika tidak memiliki alat yang benar, integritas, data yang dapat dipercaya dan menghasilkan output yang andal.
Oracle HCM Solusi Manajemen SDM
Iman menyebutkan salah satu aplikasi pengelola SDM yang bisa dimanfaatkan ialah Oracle HCM (Human Capital Management). Layanan ini diklaim sangat handal dan mampu menghilangkan keraguan atas integritas data dan merampingkan proses berkat dukungan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
“Ini menempatkan para pemimpin sektor SDM bekerja sama dengan pihak keuangan untuk memperkirakan total biaya kepemilikan dan dampak organisasi dengan analitik yang andal dan mulus,” jelasnya.
Imam menjelaskan Oracle Cloud HCM telah dikembangkan untuk menjawab semua tantangan dan membantu organisasi beralih pada ketangkasan dalam bekerja. Program ini dapat mendukung keseluruhan layanan human resource/HR yang dibutuhkan untuk disampaikan dari jarak jauh dan secara digital.
Menurutnya, pengalaman dan aksesibilitas karyawan adalah kunci yang menjadi landasan filosofi desain Oracle. Kemudahan adopsi dan kepatuhan didukung melalui asisten digital dan kemampuan help desk terintegrasi yang tertanam dalam Oracle Cloud HCM.
“Selain itu, manajer dapat dengan mudah mengakses informasi yang mereka butuhkan, serta kontrol yang diperlukan untuk memantau operasi tim sehari-hari,” tambahnya.
Adapun, selama beberapa tahun terakhir Oracle HR telah melakukan transformasi yang dijalankan dengan menerapkan Oracle Cloud HCM. Transformasi tersebut telah terbukti dan telah dilakukan oleh Oracle pada saat semua karyawannya bekerja dari rumah selama 14 minggu ini.
“Semuanya dilakukan secara mudah dan efektif. Akses mudah ke semua layanan SDM baik secara digital maupun jarak jauh ini telah dibuktikan melalui Oracle Cloud HCM,” imbuhnya.