Tantangan dan Optimisme Industri Game di Indonesia

Syaiful Millah
Rabu, 19 Agustus 2020 | 06:40 WIB
Dread Out adalah game horor dan populer di luar negeri./ilustrasi
Dread Out adalah game horor dan populer di luar negeri./ilustrasi
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Game Indonesia (AGI) menyebut industri game Tanah Air terus mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Asosiasi juga optimistis bahwa pengembangan industri ini kedepannya akan semakin baik.

Program Manager AGI Ardhan Fadhlurrahman mengatakan bahwa gim-gim buatan lokal dalam 5 tahun terakhir telah menunjukkan performa yang tak kalah dengan pengembang gim dari luar negeri. Menurutnya, beberapa pasar utama dari gim asal Indonesia adalah Eropa, Amerika Serikat, dan China.

Dia mengakui bahwa pasar di dalam negeri sendiri masih belum terlalu besar. Hal ini, lanjutnya, disebabkan oleh faktor-faktor seperti pengembang game (gim) lokal yang memang menargetkan pasar luar negeri.

Hal tersebut juga dilakukan bukan tanpa alasan. Pasar gim di dalam negeri sebagian besar merupakan pemain free to play yang gim-gimnya dibuat oleh perusahaan besar dengan urusan teknis yang sangat kompleks, membutuhkan biaya produksi dan promosi yang besar.

Sementara pengembang lokal biasa hanya terdiri dari tim kecil dan lebih mengembangkan gim-gim premium atau berbayar, “Kebanyakan game buatan Indonesia itu premium yang harus bayar dulu untuk main game-nya. Tapi sekarang sudah ada beberapa yang mulai mengembangkan gim free,” katanya kepada Bisnis.

Berdasarkan catatan AGI hingga Agustus tahun ini, ada sekitar 137 produksi pengembangan gim lokal yang telah dipasarkan ke berbagai platform game (gim) mulai dari smartphone (Android dan iOS), situs web, komputer, hingga konsol (Nintendo Switch dan PS4).

Namun demikian Ardhan menuturkan ada sejumlah permasalahan yang dirasakan dalam pengembangan industri gim Tanah Air. Pertama terkait dengan talenta. Hingga saat ini belum ada kurikulum yang bisa digunakan untuk masyarakat mendukung pengembangan ekosistem yang lebih formal.

Kedua adalah investasi. Menurutnya, belum banyak pihak yang tertarik berinvestasi di sektor gim dalam negeri. Hal ini dikarenakan adanya gap pengetahuan tentang industri gimnya sendiri sehingga seolah-olah sektor ini tak menarik, padahal potensinya sangat besar.

“Dua hal ini adalah chicken and egg problem. Ada nggak talentanya yang siap mengembangkan proyek, lalu ada nggak investasinya. Makanya dua hal ini yang perlu didorong oleh semua pihak termasuk pemerintah dan kami juga di asosiasi yang terus mengedukasi tentang potensi industri game ini,” tandasnya.

Ardhan mengharapkan pemerintah bisa memfasilitasi berbagai hal untuk mendukung pengembangan industri gim lokal, termasuk bersama-sama membangun kurikulum yang lebih formal untuk menciptakan talenta yang siap berkarya.

Selain itu, perlu juga bantuan untuk modal pengembangan proyek gim. Ardhan menuturkan hal ini tak selalu harus dalam bentuk pendanaan langsung, tetapi bisa juga memfasilitasi pelaku dengan pihak-pihak lain.

Sejauh ini, lanjutnya, pemerintah sudah cukup sering membawa pelaku gim lokal ke pameran gim internasional yang sangat bermanfaat bagi pengembang gim. Akan tetapi, dalam kondisi seperti ini hal tersebut tak bisa dilakukan sehingga perlu upaya-upaya lain.

Ardhan juga berharap masyarakat Indonesia bisa lebih mengenal gim-gim buatan lokal, memainkannya, dan menyebarkannya ke orang lain. Dengan begitu, gim buatan anak bangsa bisa lebih dikenal di warganya sendiri.

“Jadi menurut aku yang sangat dibutuhkan adalah support end-to-end dari seluruh pihak. Industri gim ini  potensinya besar karena bisa juga dikaitkan dengan sektor lain. Makanya perlu kerja sama dari pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk bikin ekosistem dan industrinya lebih matang,” kata Ardhan.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper