Duh, Daerah 3T Masih Susah Akses Pembelajaran Jarak Jauh

Akbar Evandio
Rabu, 19 Agustus 2020 | 08:28 WIB
Ilustrasi-Classmiles, aplikasi pembelajaran jauh yang dapat diakses seluruh pelosok wilayah Indonesia yang dibuat Hermawan Eko Nugroho./AntaraTV
Ilustrasi-Classmiles, aplikasi pembelajaran jauh yang dapat diakses seluruh pelosok wilayah Indonesia yang dibuat Hermawan Eko Nugroho./AntaraTV
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pembelajaran jarak jauh (PJJ) masih memiliki banyak masalah yang harus diatasi. Hal ini untuk meredam ketimpangan yang terjadi bagi pelajar di kota dan di desa, khususnya daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Jazilul Fawaid melihat bahwa konsep PJJ yang diterapkan oleh pemerintah, layaknya proyek uji coba karena adanya pandemi Covid-19. Namun, dia optimis bahwa konsep tersebut akan berguna di kemudian hari.

“Semestinya pemerintah menjadikan PJJ disiapkan struktur aksesnya secara baik, jangan jadi semacam pilot project. Kesannya, hanya pilot project karena ada pandemi. Seharusnya lebih memperhatikan infrastruktur dan kemampuan seluruh akses layanan pendidikan bagi guru dan murid khususnya di daerah 3T,” ungkapnya lewat agenda diskusi daring LLDIKTI Wilayah 15, Selasa (18/8/2020).

Jazilul menyebutkan bahwa selain pembangunan infrastruktur akses pembelajaran jarak jauh yang berkesinambungan. Dia menilai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) perlu membuat regulasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran jarak jauh.

Jazilul mengungkapkan dari 86 juta peserta didik, baru 30 persen yang sudah menerima pembelajaran jarak jauh.

"Ini sudah darurat, menurut saya pemerintah atau Kemendikbud mestinya mempercepat untuk mendukung atau mewujudkan tiga pilar pendidikan yang disebut dengan peningkatan mutu dan daya saing dan peningkatan akses dan pemerataan pendidikan di seluruh Nusantara," tuturnya.

Berdasarkan studi Yayasan Wahana Visi Indonesia pada 12–18 Mei 2020, ketimpangan pembelajaran jarak jauh masih terjadi selama pandemi di daerah 3T. Dari 943 responden siswa di 251 desa 3T, ditemukan fakta 68 persen siswa memiliki akses untuk belajar daring atau luring dan 32 persen sisanya tidak memiliki akses.

Selain itu, sebanyak 37 persen siswa mengaku tidak bisa mengatur waktu belajar. Faktor kesulitan memahami pelajaran dialami oleh 30 persen siswa. Sementara 21 persen tidak bisa memahami instruksi guru.

Adapun aplikasi WhatsApp menjadi solusi untuk PJJ dengan persentase hingga 20 persen. Kemudian, pelajar yang mengikuti kelompok belajar atau kunjungan guru ke rumah mencapai 19 persen. Sementara itu, siswa yang menggunakan aplikasi interaktif dalam pembelajaran seperti Zoom, Google Meet, atau Skype ada 15 persen.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper