Stempel ‘Murah’ Produk Apple

Galih Kurniawan
Minggu, 26 April 2020 | 15:02 WIB
Siluet karyawan yang menggunakan masker di depan logo Apple Inc. yang ditutup sementara karena corona virus di Ginza Tokyo, Jepang, Minggu (15/3/2020). Bloomberg/ Toru Hanai
Siluet karyawan yang menggunakan masker di depan logo Apple Inc. yang ditutup sementara karena corona virus di Ginza Tokyo, Jepang, Minggu (15/3/2020). Bloomberg/ Toru Hanai
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Sudah menjadi rahasia umum bahwa hampir semua produk elektronik Apple Inc selalu dibanderol dengan harga premium. Paling tidak jika dibandingkan dengan produk kompetitor yang beredar di pasaran.

Tak sedikit orang menilai label harga produk Apple sudah kelewat mahal jika dibandingkan dengan nilai wajarnya, alias overpriced. Namun, faktanya hal itu tak menghentikan laju penjualan produk garapan perusahaan asal Cupertino, California, AS itu.

Tengok saja kinerja beberapa tahun ini. Jika melihat tren 5 tahun terakhir, pendapatan Apple secara anual tak pernah kurang dari US$200 miliar.

Pada kuartal pertama tahun fiskal 2020 yang berakhir Desember 2019, pendapatan Apple mencapai US$91,8 miliar. Adapun penjualan iPhone berkontribusi hingga $55,96 miliar.

Beragam alasan konsumen rela merogoh kocek dalam-dalam untuk memiliki produk Apple. Fitur inovatif, user experience yang baik, hingga prestise kerap dilontarkan.

Layanan purna jual juga jadi pertimbangan. Misalnya saja dukungan pembaharuan sistem operasi maupun peranti lunak yang panjang.

Produk ponsel pintar seperti iPhone 6s misalnya, yang kali pertama dilansir 2015 masih mendapatkan pembaharuan sistem operasi iOS 13 pada akhir tahun lalu. Artinya, konsumen bisa berharap umur perangkat yang dibelinya bakal lebih panjang, minimal dari segi piranti lunak.

Sejatinya, Apple tak melulu fokus pada produk berharga premium. Dalam peluncuran lini produk baru, khususnya iPhone, tak jarang Apple menyelipkan varian ‘budget’, yang lebih ramah di kantong.

Pada 2016 Apple merilis iPhone SE setelah berkutat dengan Iphone 6s dan 6s plus. Memang tak hanya pertimbangan harga. Kemunculan perangkat ini juga untuk menangkap pasar konsumen yang menyukai layar kecil 4 inci.

Kendati demikian, faktanya iPhone SE yang dibanderol tak sampai US$400 kala itu, cukup menarik perhatian. Penjualan ponsel ini sempat merajai pasar di AS dan sejumlah negara Eropa selama beberapa bulan.

Sayangnya, tak ada lagi penerus iPhone SE pada 2017. Bahkan Apple menghentikan produksi perangkat ini pada 2018.

Namun, tahun ini Apple kembali menghidupkan varian SE. Setelah merilis lini ponsel pintar premium iPhone 11 dengan harga termurah US$699 pada 2019, konsumen digoda dengan iPhone SE generasi kedua. Harganya mulai dari US$399.

Apakah bakal sukses seperti generasi pertamanya? Ming-Chi Kuo, analis TF Securities, memprediksi penjualan iPhone SE generasi kedua berkisar 12 juta – 14 juta unit selama kuartal ketiga tahun fiskal 2020. Seperti dilansir Apple Insider belum lama ini, Kuo mengatakan iPhone SE bakal berpengaruh besar pada penjualan iPhone.

Namun, tantangan besar juga mengadang. Apalagi saat ini konsumsi sedang turun akibat pandemi COVID-19 yang belum reda.  Dalam risetnya, Goldman Sachs bahkan memproyeksikan penjualan iPhone pada kuartal II/2020 bakal melorot 36%. Apple sendiri telah menutup sejumlah toko ritelnya sebagai respons atas merebaknya wabah COVID-19.

Apple memang tak hanya iPhone. Masih ada produk elektronik lainnya seperti iPad, Mac, dan aksesori lainnya. Ada pula bisnis services seperti Apple Music, Apple TV+ yang terus membesar.

Bahkan dalam riset Piper Jaffray tahun lalu, valuasi bisnis services Apple mencapai US$500 miliar, lebih besar ketimbang lini bisnis hardware yang diperkirakan US$400 miliar.

Terlepas dari hal tersebut, kehadiran produk hardware Apple berkategori ‘budget’ layak dicermati, khususnya bagi konsumen loyal. Belakangan mencuat rumor bahwa Apple bakal merilis Macbook Air ‘SE’. Ada pula kabar yang menyebutkan bahwa Apple bakal memproduksi AirPods versi ‘lite’ yang tentu lebih murah.

Bisa saja rumor tersebut bakal menjadi kenyataan. Apalagi jika melihat kondisi ekonomi saat ini yang tengah diguncang wabah COVID-19. Bukan tidak mungkin akan muncul norma baru yang turut mengubah strategi bisnis Apple sehingga bakal lebih sering merilis produk ‘budget’.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Galih Kurniawan
Editor : Galih Kurniawan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper