Bisnis.com, JAKARTA – Operator punya peluang menggenjot bisnis layanan virtual private network (VPN) untuk kebutuhan kerja dari rumah selama Pembatasan sosial berskala Besar (PSBB) dilakukan.
Hal ini dilakukan karena kebutuhan karyawan saat mengakses data melalui VPN yang diprediksi dapat menawarkan kecepatan dan enkripsi yang lebih unggul, untuk dapat dialihkan ke perumahan.
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan Indonesia memiliki pasar untuk kebutuhan layanan VPN yang cukup baik, walaupun belum besar.
“Ada pasarnya tapi tidak besar. Selain karena situs yang diblokir sedikit, dan vpn gratis banyak, jadi akses dengan internet biasa jauh lebih besar. Berbeda dengan negara semisal China yang banyak situs diblokir sehingga perlu VPN untuk mengakses nya,” terangnya saat dihubungi Bisnis, Jumat (24/4/2020).
Namun, dia melihat bahwa tidak terlalu urgensi bagi operator untuk menggenjot bisnis ini untuk kebutuhan ritel, khususnya selama WFH, karena mayoritas pelanggan menggunakan internet publik.
Dia mengamini bahwa penggunaan VPN di korporasi yang sebelumnya hanya bisa digunakan di kantor, dapat dialihkan agar diakses di rumah oleh karyawan, tetapi membutuhkan biaya yang besar.
“Bisa [dialihkan], tetapi akan lebih mahal hitungannya. Dan kantor belum bisa memastikan apakah dipakai kerja atau akses video ilegal gratis,” jelasnya
Sementara itu, pengamat ITB Ian mengatakan bahwa VPN memang sangat dibutuhkan masyarakat untuk akses yang cepat (SLA bandwidth terjaga) dan aman; masyarakat pasti perlu, apalagi saat ini untuk keperluan yg memerlukan SLA tinggi.
“Saat ini adalah VPN on demand, VPN volume based/time based/kombinasi atau unlimited [yg berjalan saat ini]. Tantangannya model marketing, secara sistem semua operator pasti bisa menjual VPN [perangkat eksisting pasti sanggup], hanya apa itu VPN, keuntungannya dll masih perlu sosialisasi,” ujarnya.
Menurutnya, karyawan yang biasanya mengakses kebutuhan internet melalui VPN dari kantor, dapat dialihkan ke rumah.
“Kedepannya network sharing apakah sampau pada VPN sharing atau juga bolehkan pembeli VPN menjual kembali sebagian VPN atau model bisnis lainnya,” terangnya.
Sementara itu, Direktur Utama Telkomsel Setyanto Hantoro pun berharap penggunaan layanan VPN oleh pelanggan selalu mempertimbangkan sisi keamanan yang terjamin dari para penyedia layanan VPN.
“Sebagai leading digital telco company yang berprinsip pada customer centricity, Telkomsel tentunya akan terus memonitor trend perkembangan layanan yang bermanfaat bagi pelanggan, serta memperhitungkan peluang tersebut bagi perusahaan,” jelasnya.