Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan data center yang berpusat di Singapura, Space DC menerapkan teknologi thermal wall Vertiv pada kampus pertamanya di Jakarta, Indonesia, untuk membantu menjaga kelestarian lingkungan.
CEO Space DC, Darren Hawkins mengatakan bahwa pendekatan ini tidak hanya membantu meningkatkan efisiensi kampus mereka secara keseluruhan, tetapi juga akan mengurangi jumlah lahan yang diperlukan untuk menjaga suhu dingin dari data center tersebut.
Dengan begitu, dia mengklaim bahwa pihaknya pun menjadi yang pertama di Indonesia untuk memperkenalkan teknologi pendinginan canggih seperti ini.
“Untuk memastikan bahwa data center kami handal, kuat, dan efisien, kami meluncurkan sejumlah inovasi pada fasilitas Indonesia kami yang pertama [ID01]. Thermal wall Vertiv ini merupakan inisiatif pertama dari sejumlah inisiatif lainnya yang akan kami umumkan saat mendekati penyelesaian pembangunan kampus data center kami,” tuturnya dalam rilis resminya, Jumat, (10/4).
Lebih lanjut, untuk menghasilkan suhu dingin yang seefisien mungkin, dia menjelaskan pihaknya tengah bersama dengan penyedia Layanan Ekspansi Pasar dan distributor Vertiv dan DKSH Indonesia.
Mereka memastikan bahwa pendekatan ini telah terbukti sebagai metode yang paling efektif untuk memberikan presisi dalam mendinginkan area ruang penyimpanan data dengan menggunakan udara dingin yang dikeluarkan dengan arah horizontal dari sisi dinding ke area penyimpanan datanya.
“Ketika cloud dan edge menjadi sangat penting dalam ekosistem data center saat ini, semakin jelas bahwa ada evolusi yang terjadi pada industri data center,” kata John Niemann, Vice President of Global Offerings, Vertiv.
Menurutnya, kreativitas dan fungsi diperlukan untuk memenuhi tuntutan yang sangat beragam saat ini. Dengan semangat tersebut, thermal wall Vertiv dapat memenuhi persyaratan akan batasan ruang fisik dan efisiensi energi dengan tetap memastikan manajemen termal yang handal untuk keseluruhan gedung.
Sementara itu, Benoit Fissot, Managing Director, Teknologi Unit Bisnis, DKSH Indonesia mengatakan bahwa thermal wall tersebut menggunakan gulungan kawat (coil) besar yang membutuhkan lebih sedikit tekanan.
Rancangan ini bekerja dengan cara mengalirkan udara melewati area permukaan yang lebih luas, sehingga dapat mengurangi jumlah energi yang dibutuhkan untuk menyalakannya, yang kemudian udara dialirkan ke area ruang penyimpanan data.
“SpaceDC merancang lokasi thermal wall yang akan ditempatkan di luar ruang penyimpanan data, sehingga petugas maintenance tidak perlu keluar-masuk ruangan setiap kali melakukan kegiatan pemeliharaan. Langkah ini sekaligus dapat mengurangi risiko masuknya air ke dalam ruangan,” terangnya.